Tumpukkan
sampah jadi sumber isnpirasi bagi Arky Gilang Wahab untuk ciptakan peluang
mendulang Rupiah melalui program budidaya maggot.
Kita
semua pasti sepakat bahwa, masalah sampah merupakan salah satu hal yang takkan
ada habisnya dibicarakan, lantaran produksi sampah manusia yang luar biasa
banyaknya setiap hari.
Berbagai
upaya pun sebenarnya telah dilakukan agar sampah tidak menjadi masalah bagi kehidupan
masyarakat, terutama bagi mereka yang tinggal di area sekitar tempat pembuangan
sampah.
Beberapa
hal yang telah dilakukan misalnya kampanye akan pentingnya mengolah sampah
rumah tangga, metode buang sampah sesuai jenisnya (organik atau non organik),
hingga kini yang banyak digencarkan para pecinta lingkungan, yakni menerapkan
pola hidup minim sampah (zero waste).
Kendati
demikian, hal ini tak cukup menjadi solusi masalah sampah yang terus dipoduksi
oleh masyarakat itu sendiri. Terlebih jika masih ada yang abai tentang dampak
sampah dan masih suka buang sampah sembarangan.
Dampak
Tumpukan Sampah bagi Lingkungan dan Kehidupan
Tumpukan
sampah tidak hanya akan membuat pemandangan jadi tidak sedap, tetapi juga bisa
mendatangkan bahaya yang akan mengancam kehidupan manusia.
Sampah
yang menumpuk, terlebih dibiarkan terlalu lama di suatu tempat, maka akan
membuatnya berbau busuk dan tentu saja akan banyak bakteri penyebab penyakit
yang besemayam di tumpukan sampah.
Berikut beberapa dampak penumpukan sampah bagi lingkungan dan kehidupan kita:
- Menjadi tempat nyaman bagi perkembangbiakan serangga serta vektor penyakit, seperti tifus, diare, DBD, kolera, hingga jamur kulit.
- Udara, perairan, hingga tanah akan sangat tercemar, sehingga dampaknya pun akan mengganggu kesehatan manusia serta makhluk hidup di bumi.
- Tanah menjadi tidak subur dan bisa menyebabkan banjir bandang
- Dapat memperparah pemanasan global, perubahan iklim, dan pemicu kebakaran.
Bagaimana
bisa seonggok sampah memicu pemanasan global hingga mengancam kehidupan di
bumi?
Tanah
menjadi tidak subur dan bisa menyebabkan banjir bandang
Dapat
memperparah pemanasan global, perubahan iklim, dan pemicu kebakaran.
Perlu
diketahui, sampah organik tak hanya berbau busuk dan mencemari udara, tetapi
juga dapat menghasilkan gas metana, yakni gas yang bisa memicu terjadinya
pemanasan global.
Arky
Gilang Wahab Jadikan Tumpukan Sampah Produk Bernilai Rupiah
Di
Desa Banjaranyar, Banyumas, Jawa Tengah, kerap didapati tumpukan sampah di
mana-mana yang sangat mengganggu pemandangan. Hal ini pun menjadi salah satu
permasalahan utama bagi warga di sekitarnya.
Bau
tak sedap yang sangat menyengat hingga akhirnya tumpukkan sampah itu pun mengganggu
aktivitas masyarakat sekitar.
Adalah
Arky Gilang Wahab, seorang pemuda di desa tersebut yang melihat bahwa masalah
warga ini perlu ada upaya nyata, agar kehidupan masyarakat bisa lebih baik,
sehat, dan berkualitas.
![]() |
Sumber: Instagram @arkygilang |
Ia
pun berinisiatif menjalankan program budidaya maggot bersama sang adik, guna
menaggulangi masalah sampah di desanya.
![]() |
pengelolaan sampah dok. ASTRA |
Apa
sih maggot itu?
Bagi
kita mungkin istilah maggot ini cukup asing, karena kebanyakan orang menyebutnya
dengan nama belatung.
Maggot
adalah larva lalat yang dihasilkan oleh siklus hidup lalat tentara hitam (Black
Soldier Fly/BSF).
Ya,
Arky melihat adanya peluang mendapatkan penghasilan bagi warga sekitar, karena
maggot ini merupakan jenis larva yang sangat bermanfaat dalam mengurai sampah. Ia
dapat memakan sampah organik sebanyak 5-10 kali berat tubuhnya.
Nah,
maggot ini tidak menyebarkan penyakit. Ia pun hanya makan dari sampah organik, karenanya
ia memiliki protein dan nutrisi yang baik dan bisa dimanfaatkan untuk pakan
ternak dan ikan hias serta pupuk kompos alami bagi petani.
![]() |
Maggot Sumber: Instagram @greenprosa |
Melansir
laman Dikti Kemendikbud, dalam sebuah unggahan artikel, Dirjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, mdrh Boethdy Angkasa mengatakan, Pemanfaatan
maggot sebagai hewan biokonversi sampah organik dapat menjadi alternatif
substitusi bahan pakan sumber protein yang kita impor selama ini.
Menurutnya,
budidaya maggot dapat menjawab dua masalah besar di Indonesia, yakni:
1.
Tantangan aspek ekologi, karena maggot dapat mengonsumsi sampah organik secara
cepat 2. Aspek ekonomi, di mana maggot merupakan alternatif bahan pakan sumber
protein yang tinggi energi dan menghasilkan pupuk organik yang kaya dari bekas
larva dengan waktu yang lebih singkat dibanding metode konvensional.
Sementara
itu, Badan Karantina Pertanian, Sri Endah Ekandari mengatakan, maggot menjadi
salah satu produk ekspor andalan Indonesia karena di Eropa, maggot dijual untuk
diolah bahan jadi pangan
Budidaya
Maggot untuk Atasi Masalah Sampah
Awalnya,
Arky mengolah sampah menjadi pupuk kompos. Sayangnya cara ini sedikit
terkendala karena masalah tempat dan waktu.
Sampah
yang jumlahnya cukup banyak itu butuh tempat sangat luas dalam proses pengomposan.
Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk bisa menjadikannya pupuk kompos pun
terbilang lama, yakni sekitar 1 hingga 3 bulanan.
Karena
hal itulah akhirnya Arky beralih ke budidaya maggot. Ia bersama dengan adik dan
temannya yang lain mengolah maggot di halaman belakang rumah mereka, di mana
saat itu mereka pun sukses mengolah 10 ton sampah. Jumlah yang sangat besar ya.
Berkat
usahanya membudidayakan maggot, yang mana maggot ini dapat digunakan untuk
kesuburan tanah, pupuk yang baik bagi tanaman, hingga pakan ternak yang kaya
akan gizi, Aky pun didapuk oleh warga sebagai Ketua Duta Petani Milenial karena
telah membantu para petani dan peternak di desanya.
Selanjutnya,
Arky yang merupakan lulusan Teknik Geodesi ITB (Institut Teknologi Bandung) ini
pun mendirikan sebuah perusahaan bernama Greenprosa.
Greenprosa
merupakan socio enterprise dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat, khususnya
di bidang pertanian, peternakan, dan pengelolaan sampah.
Greenprosa
ini menggerakkan ekonomi sirkular bagi warga sekitar. Hingga saat ini setidaknya
6.704 ton sampah telah dikelola, bermitra dengan 8.312 rumah dan 102 industri
hingga kantor.
Pada
2022 Arky dengan Greenprosa-nya dipercaya untuk mengelola sampah organik di tempat
wisata, yakni Taman Safari Indonesia.
Apresiasi
SATU Indonesia Awards
Kepedulian
dan kontribusi Arky Gilang Wahab dalam hal pengelolaan sampah hingga mampu
memberdayakan warga sekitar melalui program budidaya maggot telah membuatnya
dianugerahi Apresiasi SATU Indonesia Awards oleh ASTRA Indonesia pada 2021
kategori lingkungan.
![]() |
Sumber: Instagram @arkygilang |
Apa
yang dilakukan Arky ini adalah bukti nyata bahwa anak muda punya energi dan
kemampuan untuk mengubah dunia. Mereka adalah sosok-sosok agen perubahan yang
punya segudang ide luar biasa bagi kehidupan dan peradaban.
No comments:
Post a Comment