Friday, 20 October 2023

Sampah Jadi Sumber Inspirasi Arky Gilang Wahab Ciptakan Peluang Dulang Rupiah dengan Program Budidaya Maggot

 



Tumpukkan sampah jadi sumber isnpirasi bagi Arky Gilang Wahab untuk ciptakan peluang mendulang Rupiah melalui program budidaya maggot.

Kita semua pasti sepakat bahwa, masalah sampah merupakan salah satu hal yang takkan ada habisnya dibicarakan, lantaran produksi sampah manusia yang luar biasa banyaknya setiap hari.

Berbagai upaya pun sebenarnya telah dilakukan agar sampah tidak menjadi masalah bagi kehidupan masyarakat, terutama bagi mereka yang tinggal di area sekitar tempat pembuangan sampah.

Beberapa hal yang telah dilakukan misalnya kampanye akan pentingnya mengolah sampah rumah tangga, metode buang sampah sesuai jenisnya (organik atau non organik), hingga kini yang banyak digencarkan para pecinta lingkungan, yakni menerapkan pola hidup minim sampah (zero waste).

Kendati demikian, hal ini tak cukup menjadi solusi masalah sampah yang terus dipoduksi oleh masyarakat itu sendiri. Terlebih jika masih ada yang abai tentang dampak sampah dan masih suka buang sampah sembarangan.

Dampak Tumpukan Sampah bagi Lingkungan dan Kehidupan

Tumpukan sampah tidak hanya akan membuat pemandangan jadi tidak sedap, tetapi juga bisa mendatangkan bahaya yang akan mengancam kehidupan manusia.

Sampah yang menumpuk, terlebih dibiarkan terlalu lama di suatu tempat, maka akan membuatnya berbau busuk dan tentu saja akan banyak bakteri penyebab penyakit yang besemayam di tumpukan sampah.

Berikut beberapa dampak penumpukan sampah bagi lingkungan dan kehidupan kita:

  • Menjadi tempat nyaman bagi perkembangbiakan serangga serta vektor penyakit, seperti tifus, diare, DBD, kolera, hingga jamur kulit.
  • Udara, perairan, hingga tanah akan sangat tercemar, sehingga dampaknya pun akan mengganggu kesehatan manusia serta makhluk hidup di bumi.
  • Tanah menjadi tidak subur dan bisa menyebabkan banjir bandang
  • Dapat memperparah pemanasan global, perubahan iklim, dan pemicu kebakaran.

Bagaimana bisa seonggok sampah memicu pemanasan global hingga mengancam kehidupan di bumi?

Tanah menjadi tidak subur dan bisa menyebabkan banjir bandang

Dapat memperparah pemanasan global, perubahan iklim, dan pemicu kebakaran.

Perlu diketahui, sampah organik tak hanya berbau busuk dan mencemari udara, tetapi juga dapat menghasilkan gas metana, yakni gas yang bisa memicu terjadinya pemanasan global.

Arky Gilang Wahab Jadikan Tumpukan Sampah Produk Bernilai Rupiah

Di Desa Banjaranyar, Banyumas, Jawa Tengah, kerap didapati tumpukan sampah di mana-mana yang sangat mengganggu pemandangan. Hal ini pun menjadi salah satu permasalahan utama bagi warga di sekitarnya.

Bau tak sedap yang sangat menyengat hingga akhirnya tumpukkan sampah itu pun mengganggu aktivitas masyarakat sekitar.

Adalah Arky Gilang Wahab, seorang pemuda di desa tersebut yang melihat bahwa masalah warga ini perlu ada upaya nyata, agar kehidupan masyarakat bisa lebih baik, sehat, dan berkualitas.


Sumber: Instagram @arkygilang


Ia pun berinisiatif menjalankan program budidaya maggot bersama sang adik, guna menaggulangi masalah sampah di desanya.


pengelolaan sampah
dok. ASTRA


Apa sih maggot itu?

Bagi kita mungkin istilah maggot ini cukup asing, karena kebanyakan orang menyebutnya dengan nama belatung.

Maggot adalah larva lalat yang dihasilkan oleh siklus hidup lalat tentara hitam (Black Soldier Fly/BSF).

Ya, Arky melihat adanya peluang mendapatkan penghasilan bagi warga sekitar, karena maggot ini merupakan jenis larva yang sangat bermanfaat dalam mengurai sampah. Ia dapat memakan sampah organik sebanyak 5-10 kali berat tubuhnya.

Nah, maggot ini tidak menyebarkan penyakit. Ia pun hanya makan dari sampah organik, karenanya ia memiliki protein dan nutrisi yang baik dan bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan hias serta pupuk kompos alami bagi petani.


Maggot
Sumber: Instagram @greenprosa


Melansir laman Dikti Kemendikbud, dalam sebuah unggahan artikel, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, mdrh Boethdy Angkasa mengatakan, Pemanfaatan maggot sebagai hewan biokonversi sampah organik dapat menjadi alternatif substitusi bahan pakan sumber protein yang kita impor selama ini.

Menurutnya, budidaya maggot dapat menjawab dua masalah besar di Indonesia, yakni:

1. Tantangan aspek ekologi, karena maggot dapat mengonsumsi sampah organik secara cepat 2. Aspek ekonomi, di mana maggot merupakan alternatif bahan pakan sumber protein yang tinggi energi dan menghasilkan pupuk organik yang kaya dari bekas larva dengan waktu yang lebih singkat dibanding metode konvensional.

Sementara itu, Badan Karantina Pertanian, Sri Endah Ekandari mengatakan, maggot menjadi salah satu produk ekspor andalan Indonesia karena di Eropa, maggot dijual untuk diolah bahan jadi pangan

Budidaya Maggot untuk Atasi Masalah Sampah

Awalnya, Arky mengolah sampah menjadi pupuk kompos. Sayangnya cara ini sedikit terkendala karena masalah tempat dan waktu.

Sampah yang jumlahnya cukup banyak itu butuh tempat sangat luas dalam proses pengomposan. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk bisa menjadikannya pupuk kompos pun terbilang lama, yakni sekitar 1 hingga 3 bulanan.

Karena hal itulah akhirnya Arky beralih ke budidaya maggot. Ia bersama dengan adik dan temannya yang lain mengolah maggot di halaman belakang rumah mereka, di mana saat itu mereka pun sukses mengolah 10 ton sampah. Jumlah yang sangat besar ya.




Berkat usahanya membudidayakan maggot, yang mana maggot ini dapat digunakan untuk kesuburan tanah, pupuk yang baik bagi tanaman, hingga pakan ternak yang kaya akan gizi, Aky pun didapuk oleh warga sebagai Ketua Duta Petani Milenial karena telah membantu para petani dan peternak di desanya.

Selanjutnya, Arky yang merupakan lulusan Teknik Geodesi ITB (Institut Teknologi Bandung) ini pun mendirikan sebuah perusahaan bernama Greenprosa.

Greenprosa merupakan socio enterprise dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat, khususnya di bidang pertanian, peternakan, dan pengelolaan sampah.

Greenprosa ini menggerakkan ekonomi sirkular bagi warga sekitar. Hingga saat ini setidaknya 6.704 ton sampah telah dikelola, bermitra dengan 8.312 rumah dan 102 industri hingga kantor.

Pada 2022 Arky dengan Greenprosa-nya dipercaya untuk mengelola sampah organik di tempat wisata, yakni Taman Safari Indonesia.

Apresiasi SATU Indonesia Awards

Kepedulian dan kontribusi Arky Gilang Wahab dalam hal pengelolaan sampah hingga mampu memberdayakan warga sekitar melalui program budidaya maggot telah membuatnya dianugerahi Apresiasi SATU Indonesia Awards oleh ASTRA Indonesia pada 2021 kategori lingkungan.


Sumber: Instagram @arkygilang


Apa yang dilakukan Arky ini adalah bukti nyata bahwa anak muda punya energi dan kemampuan untuk mengubah dunia. Mereka adalah sosok-sosok agen perubahan yang punya segudang ide luar biasa bagi kehidupan dan peradaban.

No comments:

Post a Comment

Mata Kering Itu Bukan Sekadar Gangguan! INSTO Dry Eyes Segarkan Mata Dalam Sekejap

  Mata Kering? Ini bukan hal SePeLe! Terkadang kita sering mengabaikan datangnya sinyal kecil dari tubuh, termasuk saat mata yang terasa...