Thursday, 26 October 2023

Ratna Indah Kurniati Hapus Stigma Kusta dan Kembalikan Hidup OYPMK Jadi Lebih Berdaya

 


Apa hal pertama yang ada di benak teman-teman saat mendengar istilah kusta? Bagaimana dengan OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta)?

Ya, di mata masyarakat kusta dikenal sebagai penyakit menular hingga dianggap sebagai penyakit kutukan.

Tak heran jika banyak penderita kusta akan dikucilkan masyarakat bahkan oleh anggota keluarganya sendiri.

Miris dan seram sekali ya mendengar kenyataan ini.

Nah, teman-teman perlu tahu nih, bahwa kusta itu bukanlah penyakit yang dengan mudahnya bisa berpindah dari satu tubuh ke tubuh yang lainnya, bahkan meski kita berdekatan hingga melakukan kontak fisik dengan penderita sekalipun.

Akan tetapi, penyakit akibat bakteri ini dapat ditularkan melalui kontak yang lama, setidaknya 20 jam/minggu jika penderitanya belum berobat.  Selain itu, kusta ternyata bisa ditularkan juga melalui percikan cairan (droplet), seperti bersin, dahak, atau pun batuk.

Apa Itu Penyakit Kusta?

Kusta adalah penyakit yang muncul akibat infeksi bakteri Mycobacterium leprae, di mana biasanya yang diserang oleh bakteri ini adalah bagian kulit, sistem jaringan saraf perifer, mata, hingga selaput lendir.

Berdasarkan data yang diakses dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dibeberkan bahwa Indonesia adalah negara dengan kasus pasien kusta paling banyak nomor tiga di dunia.

Untuk peringkat satu tekait kusta ini diduduki oleh negara India dan disusul oleh Brazil di posisi kedua.

Hmmm…jujur ini adalah sebuah fakta yang sangat mengejutkan, terlebih banyak masyarakat yang belum paham tentang apa sebenarnya penyakit kusta ini.

Mungkin ketidakpahaman ini pulalah yang menyebabkan negeri tercinta ini alami darurat kusta lengkap dengan stigma yang mengiringinya.

Diskriminasi Terhadap Penderita Kusta atau OYPMK

Berkembangnya stigma di masyarakat terkait kusta telah membuat banyak orang jadi takut menerima penderita. Jangankan orang lain, kebanyakan anggota keluarga pun enggan berada dekat penyandang kusta, karena opini takut tertular.




Tak hanya itu, di saat sudah sembuh pun, orang yang pernah menderita kusta tetap mendapat diskriminasi di masyarakat.

Alhasil, merekapun kesulitan dalam bersosialisasi hingga mendapatkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidupnya.

Peran Pemerintah dalam Meningkatkan Taraf Hidup OYPMK

Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memiliki beberapa program pengendalian kusta, mulai dari pemberian obat gratis, pelatihan bagi nakes untu bisa deteksi dini, suplai dana mendukung Indonesia bebas kusta, hingga kampanye untuk menghapus stigma kusta.

Pemerintah juga terus menyemangati penderita kusta untuk berobat rutin 6-12 bulan sesuai prosedurr penyembuhan kusta.

Penderita Kusta atau OYPMK Bisa Produktif dan Maju

OYPMK atau penderita kusta tidak produktif? Jelas ini anggapan yang salah besar. Buktinya di luar sana banyak dari mereka yang mampu berkembang dan meningkatkan taraf hidupnya.

Salah satu contohnya adalah seorang pemuda di Desa Rebalas, Pasuruan yang harus rela kehilangan satu jarinya akibat kusta. Ia pun tepaksa bergantung pada orang tua karena hanya bisa bekerja serabutan.

Namun kini hal itu hanya tinggal cerita. Karena Amat telah punya usaha sendiri yang cukup maju, yakni beternak jangkrik.

Kembalinya kehidupan Amat dan beberapa orang penderita kusta ini ternyata berkat seorang wanita berhati mulia bernama Ratna Indah Kurniawati, yang dengan sabar mengobati, menyemangati, hingga memberikan keterampilan pada mereka.

Untuk kaum perempuan penderita kusta, Ratna memberikan pelatihan menjahit, membuat jilbab, hingga bros. Sedangkan para pria penderita kusta dilatih untuk bisa beternak jangkrik atau ayam.

Ratna Indah Kurniawati, Sang Pematah Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta

Ratna Indah Kurniawati adalah Ketua KPD (Kelompok Perawatan Diri) Puskesmas Grati, Pasuruan, Jawa Timur. Ia adalah pelopor dalam hal melawan stigma tentang kusta.




Ternyata, di lingkungannya saat itu adalah lokasi yang jadi endemis kusta. Tak heran banyak orang yang menderita penyakit ini.

Pada 2008, bersama dengan timnya, Ratna mencari penderita kusta dan meminta mereka untuk ke puskesmas melakukan pengobatan.

Tak hanya sekadar mengobati, tetapi Ratna juga memberikan bekal berupa keterampilan pada pendeita kusta, agar bisa hidup lebih baik dan mandiri secara ekonomi. Hal ini ia lakukan karena wanita hebat ini paham betul bagaimana sulitnya OYPMK untuk mendapatkan pekerjaan.

Pada 2009, ada sekitar 400 warga dari 9 desa di Kecamatan Grati, yang telah mampu berwirausaha dan hidup lebih baik berkat dedikasi Ratna mengembalikan harapan hidup para OYPMK.

Namun, di balik kesuksesannya mengembalikan kehidupan para penderita kusta, ternyata Ratna mendapat banyak penolakan baik dari penderita, warga, maupun keluarganya.

Penderita yang selama mengidap kusta mendapat diskiminasi sekitarnya merasa malu dan tak berani untuk datang saat diundang Ratna ke balai desa. Tetapi, dengan kegigihannya, akhirnya mereka berani hadir hingga perlahan diterima kembali.

Sementara penolakan masyarakat adalah ketika ia mengadakan pertemuan di balai desa, di mana tempat itu berdekatan dengan sekolah, yang mana di sana banyak anak-anak sering bermain di balai desa.

Masyarakat sangat takut jika nanti anak-anak akan tertular penyakit kusta. Ratna pun dengan sabar mengedukasi masyarakat. Ia tegaskan bahwa penderita kusta yang hadir itu telah diobati. Artinya, bakteri penyakitnya sudah tidak bisa menularkan lagi.

Kesabaran dan pendekatan yang Ratna lakukan akhirnya berhasil dan warga pun mau menerima kehadiran para penderita kusta.

Mendapatkan Penghargaan Satu Indonesia Awards

Dedikasi dan kerja keras Ratna yang berusaha mengembalikan kehidupan para penderita kusta ini akhirnya berbuah manis, yakni dengan diberikannya penghargaan Satu Indonesia Awards 2011 dari ASTRA Indonesia untuk kategori di bidang kesehatan.

Penghargaan ini adalah bentuk apresiasi bagi anak bangsa atas kontribusi, dedikasi, dan kepeduliannya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan, dan Teknologi.

Nah, mulai sekarang, mari kita buang jauh-jauh stigmanya bukan jauhi orangnya lagi ya, teman-teman. Karena mereka itu bukanlah ancaman. Mereka punya kesempatan untuk membuktikan kemampuan dan ide-idenya. Mari berikan dukungan terbaik kita.

No comments:

Post a Comment

Mata Kering Itu Bukan Sekadar Gangguan! INSTO Dry Eyes Segarkan Mata Dalam Sekejap

  Mata Kering? Ini bukan hal SePeLe! Terkadang kita sering mengabaikan datangnya sinyal kecil dari tubuh, termasuk saat mata yang terasa...