Thursday, 26 October 2023

Ratna Indah Kurniati Hapus Stigma Kusta dan Kembalikan Hidup OYPMK Jadi Lebih Berdaya

 


Apa hal pertama yang ada di benak teman-teman saat mendengar istilah kusta? Bagaimana dengan OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta)?

Ya, di mata masyarakat kusta dikenal sebagai penyakit menular hingga dianggap sebagai penyakit kutukan.

Tak heran jika banyak penderita kusta akan dikucilkan masyarakat bahkan oleh anggota keluarganya sendiri.

Miris dan seram sekali ya mendengar kenyataan ini.

Nah, teman-teman perlu tahu nih, bahwa kusta itu bukanlah penyakit yang dengan mudahnya bisa berpindah dari satu tubuh ke tubuh yang lainnya, bahkan meski kita berdekatan hingga melakukan kontak fisik dengan penderita sekalipun.

Akan tetapi, penyakit akibat bakteri ini dapat ditularkan melalui kontak yang lama, setidaknya 20 jam/minggu jika penderitanya belum berobat.  Selain itu, kusta ternyata bisa ditularkan juga melalui percikan cairan (droplet), seperti bersin, dahak, atau pun batuk.

Apa Itu Penyakit Kusta?

Kusta adalah penyakit yang muncul akibat infeksi bakteri Mycobacterium leprae, di mana biasanya yang diserang oleh bakteri ini adalah bagian kulit, sistem jaringan saraf perifer, mata, hingga selaput lendir.

Berdasarkan data yang diakses dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dibeberkan bahwa Indonesia adalah negara dengan kasus pasien kusta paling banyak nomor tiga di dunia.

Untuk peringkat satu tekait kusta ini diduduki oleh negara India dan disusul oleh Brazil di posisi kedua.

Hmmm…jujur ini adalah sebuah fakta yang sangat mengejutkan, terlebih banyak masyarakat yang belum paham tentang apa sebenarnya penyakit kusta ini.

Mungkin ketidakpahaman ini pulalah yang menyebabkan negeri tercinta ini alami darurat kusta lengkap dengan stigma yang mengiringinya.

Diskriminasi Terhadap Penderita Kusta atau OYPMK

Berkembangnya stigma di masyarakat terkait kusta telah membuat banyak orang jadi takut menerima penderita. Jangankan orang lain, kebanyakan anggota keluarga pun enggan berada dekat penyandang kusta, karena opini takut tertular.




Tak hanya itu, di saat sudah sembuh pun, orang yang pernah menderita kusta tetap mendapat diskriminasi di masyarakat.

Alhasil, merekapun kesulitan dalam bersosialisasi hingga mendapatkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidupnya.

Peran Pemerintah dalam Meningkatkan Taraf Hidup OYPMK

Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memiliki beberapa program pengendalian kusta, mulai dari pemberian obat gratis, pelatihan bagi nakes untu bisa deteksi dini, suplai dana mendukung Indonesia bebas kusta, hingga kampanye untuk menghapus stigma kusta.

Pemerintah juga terus menyemangati penderita kusta untuk berobat rutin 6-12 bulan sesuai prosedurr penyembuhan kusta.

Penderita Kusta atau OYPMK Bisa Produktif dan Maju

OYPMK atau penderita kusta tidak produktif? Jelas ini anggapan yang salah besar. Buktinya di luar sana banyak dari mereka yang mampu berkembang dan meningkatkan taraf hidupnya.

Salah satu contohnya adalah seorang pemuda di Desa Rebalas, Pasuruan yang harus rela kehilangan satu jarinya akibat kusta. Ia pun tepaksa bergantung pada orang tua karena hanya bisa bekerja serabutan.

Namun kini hal itu hanya tinggal cerita. Karena Amat telah punya usaha sendiri yang cukup maju, yakni beternak jangkrik.

Kembalinya kehidupan Amat dan beberapa orang penderita kusta ini ternyata berkat seorang wanita berhati mulia bernama Ratna Indah Kurniawati, yang dengan sabar mengobati, menyemangati, hingga memberikan keterampilan pada mereka.

Untuk kaum perempuan penderita kusta, Ratna memberikan pelatihan menjahit, membuat jilbab, hingga bros. Sedangkan para pria penderita kusta dilatih untuk bisa beternak jangkrik atau ayam.

Ratna Indah Kurniawati, Sang Pematah Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta

Ratna Indah Kurniawati adalah Ketua KPD (Kelompok Perawatan Diri) Puskesmas Grati, Pasuruan, Jawa Timur. Ia adalah pelopor dalam hal melawan stigma tentang kusta.




Ternyata, di lingkungannya saat itu adalah lokasi yang jadi endemis kusta. Tak heran banyak orang yang menderita penyakit ini.

Pada 2008, bersama dengan timnya, Ratna mencari penderita kusta dan meminta mereka untuk ke puskesmas melakukan pengobatan.

Tak hanya sekadar mengobati, tetapi Ratna juga memberikan bekal berupa keterampilan pada pendeita kusta, agar bisa hidup lebih baik dan mandiri secara ekonomi. Hal ini ia lakukan karena wanita hebat ini paham betul bagaimana sulitnya OYPMK untuk mendapatkan pekerjaan.

Pada 2009, ada sekitar 400 warga dari 9 desa di Kecamatan Grati, yang telah mampu berwirausaha dan hidup lebih baik berkat dedikasi Ratna mengembalikan harapan hidup para OYPMK.

Namun, di balik kesuksesannya mengembalikan kehidupan para penderita kusta, ternyata Ratna mendapat banyak penolakan baik dari penderita, warga, maupun keluarganya.

Penderita yang selama mengidap kusta mendapat diskiminasi sekitarnya merasa malu dan tak berani untuk datang saat diundang Ratna ke balai desa. Tetapi, dengan kegigihannya, akhirnya mereka berani hadir hingga perlahan diterima kembali.

Sementara penolakan masyarakat adalah ketika ia mengadakan pertemuan di balai desa, di mana tempat itu berdekatan dengan sekolah, yang mana di sana banyak anak-anak sering bermain di balai desa.

Masyarakat sangat takut jika nanti anak-anak akan tertular penyakit kusta. Ratna pun dengan sabar mengedukasi masyarakat. Ia tegaskan bahwa penderita kusta yang hadir itu telah diobati. Artinya, bakteri penyakitnya sudah tidak bisa menularkan lagi.

Kesabaran dan pendekatan yang Ratna lakukan akhirnya berhasil dan warga pun mau menerima kehadiran para penderita kusta.

Mendapatkan Penghargaan Satu Indonesia Awards

Dedikasi dan kerja keras Ratna yang berusaha mengembalikan kehidupan para penderita kusta ini akhirnya berbuah manis, yakni dengan diberikannya penghargaan Satu Indonesia Awards 2011 dari ASTRA Indonesia untuk kategori di bidang kesehatan.

Penghargaan ini adalah bentuk apresiasi bagi anak bangsa atas kontribusi, dedikasi, dan kepeduliannya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan, dan Teknologi.

Nah, mulai sekarang, mari kita buang jauh-jauh stigmanya bukan jauhi orangnya lagi ya, teman-teman. Karena mereka itu bukanlah ancaman. Mereka punya kesempatan untuk membuktikan kemampuan dan ide-idenya. Mari berikan dukungan terbaik kita.

Friday, 20 October 2023

Sampah Jadi Sumber Inspirasi Arky Gilang Wahab Ciptakan Peluang Dulang Rupiah dengan Program Budidaya Maggot

 



Tumpukkan sampah jadi sumber isnpirasi bagi Arky Gilang Wahab untuk ciptakan peluang mendulang Rupiah melalui program budidaya maggot.

Kita semua pasti sepakat bahwa, masalah sampah merupakan salah satu hal yang takkan ada habisnya dibicarakan, lantaran produksi sampah manusia yang luar biasa banyaknya setiap hari.

Berbagai upaya pun sebenarnya telah dilakukan agar sampah tidak menjadi masalah bagi kehidupan masyarakat, terutama bagi mereka yang tinggal di area sekitar tempat pembuangan sampah.

Beberapa hal yang telah dilakukan misalnya kampanye akan pentingnya mengolah sampah rumah tangga, metode buang sampah sesuai jenisnya (organik atau non organik), hingga kini yang banyak digencarkan para pecinta lingkungan, yakni menerapkan pola hidup minim sampah (zero waste).

Kendati demikian, hal ini tak cukup menjadi solusi masalah sampah yang terus dipoduksi oleh masyarakat itu sendiri. Terlebih jika masih ada yang abai tentang dampak sampah dan masih suka buang sampah sembarangan.

Dampak Tumpukan Sampah bagi Lingkungan dan Kehidupan

Tumpukan sampah tidak hanya akan membuat pemandangan jadi tidak sedap, tetapi juga bisa mendatangkan bahaya yang akan mengancam kehidupan manusia.

Sampah yang menumpuk, terlebih dibiarkan terlalu lama di suatu tempat, maka akan membuatnya berbau busuk dan tentu saja akan banyak bakteri penyebab penyakit yang besemayam di tumpukan sampah.

Berikut beberapa dampak penumpukan sampah bagi lingkungan dan kehidupan kita:

  • Menjadi tempat nyaman bagi perkembangbiakan serangga serta vektor penyakit, seperti tifus, diare, DBD, kolera, hingga jamur kulit.
  • Udara, perairan, hingga tanah akan sangat tercemar, sehingga dampaknya pun akan mengganggu kesehatan manusia serta makhluk hidup di bumi.
  • Tanah menjadi tidak subur dan bisa menyebabkan banjir bandang
  • Dapat memperparah pemanasan global, perubahan iklim, dan pemicu kebakaran.

Bagaimana bisa seonggok sampah memicu pemanasan global hingga mengancam kehidupan di bumi?

Tanah menjadi tidak subur dan bisa menyebabkan banjir bandang

Dapat memperparah pemanasan global, perubahan iklim, dan pemicu kebakaran.

Perlu diketahui, sampah organik tak hanya berbau busuk dan mencemari udara, tetapi juga dapat menghasilkan gas metana, yakni gas yang bisa memicu terjadinya pemanasan global.

Arky Gilang Wahab Jadikan Tumpukan Sampah Produk Bernilai Rupiah

Di Desa Banjaranyar, Banyumas, Jawa Tengah, kerap didapati tumpukan sampah di mana-mana yang sangat mengganggu pemandangan. Hal ini pun menjadi salah satu permasalahan utama bagi warga di sekitarnya.

Bau tak sedap yang sangat menyengat hingga akhirnya tumpukkan sampah itu pun mengganggu aktivitas masyarakat sekitar.

Adalah Arky Gilang Wahab, seorang pemuda di desa tersebut yang melihat bahwa masalah warga ini perlu ada upaya nyata, agar kehidupan masyarakat bisa lebih baik, sehat, dan berkualitas.


Sumber: Instagram @arkygilang


Ia pun berinisiatif menjalankan program budidaya maggot bersama sang adik, guna menaggulangi masalah sampah di desanya.


pengelolaan sampah
dok. ASTRA


Apa sih maggot itu?

Bagi kita mungkin istilah maggot ini cukup asing, karena kebanyakan orang menyebutnya dengan nama belatung.

Maggot adalah larva lalat yang dihasilkan oleh siklus hidup lalat tentara hitam (Black Soldier Fly/BSF).

Ya, Arky melihat adanya peluang mendapatkan penghasilan bagi warga sekitar, karena maggot ini merupakan jenis larva yang sangat bermanfaat dalam mengurai sampah. Ia dapat memakan sampah organik sebanyak 5-10 kali berat tubuhnya.

Nah, maggot ini tidak menyebarkan penyakit. Ia pun hanya makan dari sampah organik, karenanya ia memiliki protein dan nutrisi yang baik dan bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan hias serta pupuk kompos alami bagi petani.


Maggot
Sumber: Instagram @greenprosa


Melansir laman Dikti Kemendikbud, dalam sebuah unggahan artikel, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, mdrh Boethdy Angkasa mengatakan, Pemanfaatan maggot sebagai hewan biokonversi sampah organik dapat menjadi alternatif substitusi bahan pakan sumber protein yang kita impor selama ini.

Menurutnya, budidaya maggot dapat menjawab dua masalah besar di Indonesia, yakni:

1. Tantangan aspek ekologi, karena maggot dapat mengonsumsi sampah organik secara cepat 2. Aspek ekonomi, di mana maggot merupakan alternatif bahan pakan sumber protein yang tinggi energi dan menghasilkan pupuk organik yang kaya dari bekas larva dengan waktu yang lebih singkat dibanding metode konvensional.

Sementara itu, Badan Karantina Pertanian, Sri Endah Ekandari mengatakan, maggot menjadi salah satu produk ekspor andalan Indonesia karena di Eropa, maggot dijual untuk diolah bahan jadi pangan

Budidaya Maggot untuk Atasi Masalah Sampah

Awalnya, Arky mengolah sampah menjadi pupuk kompos. Sayangnya cara ini sedikit terkendala karena masalah tempat dan waktu.

Sampah yang jumlahnya cukup banyak itu butuh tempat sangat luas dalam proses pengomposan. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk bisa menjadikannya pupuk kompos pun terbilang lama, yakni sekitar 1 hingga 3 bulanan.

Karena hal itulah akhirnya Arky beralih ke budidaya maggot. Ia bersama dengan adik dan temannya yang lain mengolah maggot di halaman belakang rumah mereka, di mana saat itu mereka pun sukses mengolah 10 ton sampah. Jumlah yang sangat besar ya.




Berkat usahanya membudidayakan maggot, yang mana maggot ini dapat digunakan untuk kesuburan tanah, pupuk yang baik bagi tanaman, hingga pakan ternak yang kaya akan gizi, Aky pun didapuk oleh warga sebagai Ketua Duta Petani Milenial karena telah membantu para petani dan peternak di desanya.

Selanjutnya, Arky yang merupakan lulusan Teknik Geodesi ITB (Institut Teknologi Bandung) ini pun mendirikan sebuah perusahaan bernama Greenprosa.

Greenprosa merupakan socio enterprise dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat, khususnya di bidang pertanian, peternakan, dan pengelolaan sampah.

Greenprosa ini menggerakkan ekonomi sirkular bagi warga sekitar. Hingga saat ini setidaknya 6.704 ton sampah telah dikelola, bermitra dengan 8.312 rumah dan 102 industri hingga kantor.

Pada 2022 Arky dengan Greenprosa-nya dipercaya untuk mengelola sampah organik di tempat wisata, yakni Taman Safari Indonesia.

Apresiasi SATU Indonesia Awards

Kepedulian dan kontribusi Arky Gilang Wahab dalam hal pengelolaan sampah hingga mampu memberdayakan warga sekitar melalui program budidaya maggot telah membuatnya dianugerahi Apresiasi SATU Indonesia Awards oleh ASTRA Indonesia pada 2021 kategori lingkungan.


Sumber: Instagram @arkygilang


Apa yang dilakukan Arky ini adalah bukti nyata bahwa anak muda punya energi dan kemampuan untuk mengubah dunia. Mereka adalah sosok-sosok agen perubahan yang punya segudang ide luar biasa bagi kehidupan dan peradaban.

Sunday, 15 October 2023

Elsa Maharani Angkat Perekonomian Ibu Rumah Tangga Lewat Maharrani Hijab

 



Memutuskan menjadi ibu rumah tangga, artinya telah siap untuk memfokuskan serta mendedikasikan segenap waktu yang dimiliki untuk mengurus segala urusan di rumah, mulai kebersihan rumah, gizi keluarga, pengasuhan anak, hingga hal-hal kecil lainnya.

Bisa dibilang, tanggung jawab seorang ibu rumah tangga itu sangat banyak dan kadang tak ada habisnya.

Tak heran jika seorang ibu rumah tangga kerap tak punya waktu luang cukup, untuk hanya sekadar me time menikmati drama Korea (drakor) favoritnya layaknya saat masih single.

Jangankan streaming drakor, sekadar meluangkan waktu memejamkan mata di siang hari pun rasanya sulit.

Ya, itulah drama nyata seorang ibu rumah tangga, yang mirisnya kadang kerap dianggap tidak berkontribusi apa-apa pada keluarga, karena hanya di rumah menerima jatah bulanan dari gaji suami.

Padahal, jika dibandingkan dengan mereka yang berkegiatan di luar (bekerja), tugas ibu rumah tangga itu jauh lebih berat dan melelahkan.

Hampir semua ibu rumah tangga harus mengerjakan pekerjaan di rumah mulai usai sholat subuh hingga sore hari, bahkan ada yang saat malam masih sibuk dengan segala urusan rumah dan anak-anak atau pun keperluan suaminya.

Tanggung jawabnya seorang ibu rumah tangga pun tidak main-main, karena ia harus memastikan dan menjamin semua dalam kondisi baik di bawah perannya.

Hal inilah yang juga membuat seorang ibu rumah tangga jarang ada yang bisa punya penghasilan sendiri, baik itu dengan bekerja atau membuka usaha.

Jika Seorang Ibu Rumah Tangga Punya Penghasilan




Ibu rumah tangga memang tidak diwajibkan mencari nafkah keluarga. Tetapi dengan punya penghasilan sendiri, kondisi ekonomi keluarga bisa lebih terjamin karena adanya dua sumber pemasukan, yakni dari istri dan suami.

Terlebih, seiring waktu dan tumbuh kembang anak-anak, kondisi ekonomi sebuah keluarga pastinya juga tidak akan selalu stabil, karena tingkat kebutuhan yang makin tinggi tentunya.

Di satu sisi, kesejahteraan keluarga itu penting, karena sangat berkaitan erat dengan kesehatan, pendidikan, sandang, dan pangan.

Solusi Ibu Rumah Tangga Berdaya dan Sejahtera

Tidak semua ibu rumah tangga punya kehidupan indah dan serba berkecukupan dari penghasilan suami.

Di luar sana, masih banyak ibu rumah tangga yang hidup dengan kondisi ekonomi lemah hingga kekurangan.

Untuk itulah, tidak ada salahnya jika seorang ibu rumah tangga bisa punya penghasilan demi membantu keuangan keluarga, namun tetap bisa menjalankan peran dan tanggung jawabnya sebagai ibu dan istri di rumah.

Terkait hal ini, Elsa Maharani, seorang wanita asal Padang, Sumatera Barat, yang sangat peduli dengan kondisi ekonomi masyarakat di sekitaranya, berusah untuk bisa membantu meningkatkan perekonomian para ibu rumah tangga.


Elsa Maharani
Dok.SATU Indonesia Awards


Upayanya ini dimulai dengan memproduksi hijab merek sendiri, yang diberi nama Maharrani Hijab.

Elsa menjadikan mereka sebagai mitra usaha bisnis yang telah dibangunnya sejak 2019 ini dengan berbasis industri rumah tangga.

Sebelum menjadi mitra Elsa, para ibu rumah tangga itu bekerja sebagai pencacah batu kali atau ART (asisten rumah tangga).

Namun, berkat bimbingan Elsa, mereka akhirnya bisa memproduksi hijab, baju koko, gamis, mukena, hingga masker.

Dari sinilah ekonomi para ibu tersebut mulai terbantu, bahkan kini punya penghasilan tetap di atas UMR Kota Padang.

Elsa Maharani telah menjadikan 15 orang sebagai tenaga produksi dan 150 orang bergabung dengan Maharrani Hijab sebagai reseller serta agen.

Sekadar informasi, awalnya Elsa adalah reseller merk hijab ternama di Jakarta. Tetapi kini ia memiliki brand sendiri hingga bisa memberdayakan banyak perempuan serta meraup omzet ratusan juta per bulan.

Mengapa Elsa memilih memberdayakan perempuan melalui Maharrani Hijab?


Dok.SATU Indonesia Awards


Hal ini lantaran ia melihat adanya potensi bagi ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar Simpang Koto Tingga, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji, Padang.

Ia pun melihat pangsa pasar yang cukup menjanjikan dengan memproduksi hijab, karena sebagian besar wanita muslim di Padang mengenakan hijab.

Tentu saja hal ini adalah satu keuntungan tersendiri baginya, karena sudah ada target pasa yang jelas dan lebih mudah dijangkau.

Perempuan kelahiran Padang, 5 Maret 1990 yang merupakan alumnus Universitas Andalas (Unand) jurusan kesehatan ini memulai usaha dengan modal 3 juta.

Saat itu Elsa mengajak banyak perempuan di Koto Tingga agar bisa mendapatkan penghasilan sendiri dan mengubah ekonomi keluarga.

Selain kuam perempuan, ternyata Elsa pun memberdayakan pria, yang diberi tugas menjahit. Untuk bidang ini, ia memberikan upah sebesar 25K per helai pakaian. Ia juga membedayakan para narapidana di lembaga pemasyarakatan setempat.

Kini, Maharrani Hijab mampu memproduksi lebih dari 2.500 helai produk setiap bulannya dengan jumlah ratusan reseller yang tersebar mulai Provinsi Aceh hingga Nusa Tenggara Barat (NTB).

Selain itu, ia pun telah memiliki agen hingga 60 orang, yang tersebar di dalam dan luar negeri untuk memasarkan poduknya ke konsumen.

SATU Indonesia Awards

Kepedulian dan kesuksesan Elsa Maharani dalam membedayakan para ibu rumah tangga hingga membuat ekonomi mereka membaik, telah mendapatkan ganjaran luar biasa, yakni menjadi Penerima apresiasi SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards 2020 kategori Bidang Kewirausahaan.

Elsa adalah sosok inspiratif yang bis akita jadikan semangat untuk menebarkan banyak manfaat pada sekitar. Karena sejatinya hidup itu akan punya nilai manfaat di saat kita bisa menebar manfaat bagi sekitar, di saat kita bsa menjadi jalan harapan orang lain, dan di saat energi kita tersalurkan untuk menciptakan suatu perubahan baik.

Tuesday, 10 October 2023

Kampung Lali Gadget, Cara Achmad Irfandi Antisipasi Kecanduan Gawai dan Kenalkan Permainan Tradisional Indonesia

 



Kemajuan teknologi telah membawa kehidupan banyak orang jadi semakin mudah dan dimanjakan. Bagaimana tidak? Dengan hanya mengandalkan sebuah ponsel (gawai) tipis berbasis smartphone, sudah bisa melakukan banyak hal tanpa harus berpindah tempat.

Melalui gadget di genggaman, kita bisa berkomunikasi hingga dengan mereka yang ada di sebrang benua, kita bisa tahu kabar dunia dalam hitungan detik, nonton film favorit, belanja barang kebutuhan, belajar, meningkatkan skill, hingga bermain.

Sayangnya, seiring kemajuan teknologi digital yang sangat bermanfaat ini, ia pun juga membawa beberapa dampak negatif. Terlebih bagi anak-anak yang sejak dini telah dikenalkan perangkat teknologi ini oleh orangtuanya, di mana penggunaannya minim pengawasan.

Apa Dampak Buruk Gadget pada Anak?

Gadget (smartphone) memang tak bisa dilepaskan dari kehidupan anak-anak yang lahir pada era milenial saat ini.

Tak jarang orangtua pun sudah mengenalkan gadget pada anak di usia dini, di mana sebenarnya benda ini tidaklah begitu krusial untuk dihadirkan dalam masa pertumbuhan mereka.

Namun, alih-alih demi anak tenang dan orang tua bisa dengan nyaman menyelesaikan segala keriwehan hariannya, maka gadget seolah jadi senjata pamungkas untuk membuat anak-anak tidak tantrum.

Padahal, penelitian mengungkapkan bahwa potensi gadget merusak otak anak bisa terjadi jika mereka terlalu lama menatap layar smartphone tersebut.




Di sinilah awal mula anak mulai akrab dengan gadget hingga pada akhirnya mereka pun jadi kecanduan.

Perilaku kecanduan gadget ini dikenal dengan istilah screen dependency disorder (gangguan ketergantungan terhadap layer gadget) atau SDD.

Mengutip laman Badan Siber dan Sandi Negara, dalam sebuah penelitian terbaru disebutkan bahwa 30 persen anak di bawah usia enam bulan, sudah terpapar gadget secara rutin dengan rata-rata satu jam per hari.

Selanjutnya, 9 dari 10 anak usia dua tahun mendapat paparan layar gadget lebih tinggi dan berpotensi anak tersebut mengalami SDD.

Waspada! Ini Tanda-tanda Anak yang Mengalami SDD

Berikut ini adalah beberapa tanda yang harus diwaspadai, karena bisa jadi anak mengalami SDD:

·         Anak yang sibuk dengan gadget-nya akan menjadi agresif atau pemarah jika tidak pegang ponsel pintar tersebut

·         Anak jadi tantrum ketika gadget itu diambil darinya

·         Anak menolak keras berhenti bermain gadget

·         Anak jadi tidak tertarik bermain di luar rumah atau ikut kegiatan ekstra di sekolah

·         Anak cenderung suka berbohong dengan orangtua

·         Anak jadi apatis dan tidak bersosialisasi dengan lingkungannya

·         Anak suka abai dengan kondisi di sekitarnya, hingga berpotensi tidak respek pada orang lain

Selain itu, perlu diketahui bahwa gadget juga dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak hingga merusak otaknya.

Yang lebih mencemaskan akibat kecanduan gadget ini adalah terjadinya speech delay (terlambat berbicara) pada anak, kurang gizi, insomnia, masalah penglihatan, perasaan cemas dan kesepian, hingga perubahan mood yang drastis.

Lantas, bagaimana caranya agar anak-anak tidak kecanduan gadget?

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengalihkan perhatian anak-anak terhadap gadget.

Langkah pertama, buatlah anak sibuk dengan kegiatan lain, di mana tidak ada keterlibatan gadget selama melakukan kegiatan tersebut. Berikan kegiatan yang menyenangkan, sehingga mereka akan lebih menikmatinya saat melakukannya.

Kedua, bersikap tegas dalam pola pengasuhan dan mendidik anak. Jangan berikan mereka akses jelajah internet tanpa persetujuan orangtua. Anda bisa memanfaatkan fitur kendali orangtua pada penggunaan gadget anak, sehingga mereka tidak bisa sembarangan mengakses laman atau aplikasi yang tidak bermanfaat, atau sesuatu yang bisa berdampak buruk bagi mereka.

Anak-anak biasanya suka mengakses YouTube atau menginstal aplikasi game. Nah, dengan mengunci atau mengatur penggunaan gadget bagi anak, maka hal ini akan mencegah mereka membuka sesuatu yang tidak bermanfaat dan membuat ketergantungan nantinya.

Ketiga, buang jauh-jauh rasa kasihan karena anak tidak bisa menggunakan gadget sesuai maunya, sebagaimana yang dilakukan teman-temannya.

Ingat, keputusan dan sikap kita hari ini akan menentukan karakter dan masa depan anak nantinya. Jangan mau diperbudak oleh sebuah benda tipis bernama smartphone ini.

Achmad Irfandi Ciptakan Kampung Lali Gadget Antisipasi Kecanduan Gawai pada Anak

Masifnya penggunaan gadget pada anak mulai usia dini saat ini rupanya mengundang keresahan seorang pemuda bernama Achmad Irfandi.


Achmad Irfandi penerima SATU Indonesia Awards


Generasi muda saat ini cenderung lebih banyak menghabiskan waktunya dengan gadget di tangan daripada berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitar. Bahkan tak jarang waktu belajar pun diabaikan hanya demi bercengkerama dengan gawainya.

Di tempat tinggalnya pun banyak anak-anak yang lebih sering nongkrong di warkop demi tersambung ke layanan wifi gratis untuk bisa akses internet dan main game sepuasnya.

Untuk itulah akhirnya Achmad Irfandi smenggagas berdirinya Kampung Lali Gadget pada 1 April 2018, yang tujuannya adalah untuk mengurangi ketergantungan pada penggunaan gawai dalam keseharian dan menggantinya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.

Sebagai informasi, Kampung Lali Gadget (Desa yang melupakan gadget) berlokasi di Dusun Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo.


anak-anak sedang berkunjung ke Kampung Lali Gadget


Kampung Lali Gadget bukan berarti tidak memakai gawai sama sekali, tetapi mengurangi penggunaannya dari hal yang tidak bermanfaat. Karena bagaimanapun kita tetap butuh gadget dalam kehidupan saat ini.

Bersama beberapa rekannya, Achmad Ifandi bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengenalkan dan meramaikan keberadaan Kampung Lali Gadget. Selanjutnya, pada Juli 2022, saat merayakan Hari Anak Nasional, Kampung Lali Gadget bersama para mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang menyelenggarakan Festival Endah Lali Gagdet.

Nah, bagi Anda para orang tua yang ingin mulai membuat anaknya tidak ketergantungan pada gadget, bisa ajak mereka menghabiskan akhir pekan di Kampung Lali Gadget.

Ada banyak sekali aktivitas yang dilakukan melalui Kampung Lali Gadget, di antaranya ada tentang edukasi budaya, kearifan lokal, edukasi satwa, hingga permainan tadisional.


Bermain Godhong, salah satu kegiatan permainan tradisional di Kampung Lali Gadget


Berikut beberapa fasilitas bermain yang disediakan Kampung Lali Gadget:

Permainan tradisional, ada egrang, dakon, gasing, klompen dan masih banyak lagi

Kegiatan mewarnai

Bernyanyi lagu-lagu daerah

Kegiatan olahraga bersama

Pojok baca, sehingga anak akan mengenal dunia literasi ketika berada di Kampung Lali Gadget

Belajar menulis surat kepada Bapak Presiden, di mana surat-surat itu nantinya ditempel pada orang-orangan sawah.

Apabila Anda dan anak-anak akan berkunjung ke Kampung Lali Gadget, bisa mendaftarkan diri terlebih dahulu dengan mengisi formular pendaftaran, yang bisa Anda dapatkan di link bio akun instagram resmi @kampunglaligadget.

SATU Indonesia Awards untuk Achmad Irfandi

Atas dedikasi dan kontibusinya terhadap kelangsungan masa depan generasi bangsa melalui Kampung Lali Gadget, Achmad Irfandi pun berhasil mendapatkan penghargaan SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards pada 2021 untuk kategori Pendidikan.

SATU Indonesia Awards adalah program penghargaan yang rutin digelar setiap tahun oleh PT. Astra International, Tbk.

Adapun penghargaan diberikan kepada anak muda Indonesia yang telah berkontribusi di bidang Pendidikan, Teknologi, Lingkungan, Kesehatan, dan Kewirausahaan.

Semoga apa yang dilakukan Achmad Irfandi ini bisa menginspirasi kita semua untuk jadi agen perubahan dalam peradaban dan membawa Indonesia lebih maju lagi ke depannya.

Referensi tulisan dan sumber foto:

E-Book Satu Indonesia Awards 2023

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)

http://iniklg.com

Instagram @kampunglaligadget

Thursday, 5 October 2023

Pentingnya Jaga Kebersihan dan Kesehatan di Pondok Pesantren Melalui GPS ala Mohammad Afifi Romadhoni

 

source: Instagram @afifmohd13


Banyak yang sepakat bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Perkara apakah hadist yang mengatakan ini shahih atau tidak, yang paling utama adalah bahwa kebersihan adalah hal yang sangat krusial dalam kehidupan kita.

Mengapa kebersihan begitu penting untuk diperhatikan?

Hal ini tak lain karena kebersihan akan berdampak pada banyak hal, mulai keindahan lingkungan hingga kesehatan kita semua.

Sebagaimana diketahui, kesehatan adalah aset terpenting dalam hidup melebihi apapun, bahkan melebihi materi atau pun milyaran uang.

Kebersihan di Pondok Pesantren

Pondok Pesantren (Ponpes) merupakan salah satu institusi pendidikan berbasis agama Islam yang sudah sangat dikenal masyarakat.

Di Pondok Pesantren, umumnya para santri akan menggunakan ruangan tidur secara bersama-sama. Dengan kata lain, satu ruangan bisa saja diisi oleh sekitar 5-10 santri, tergantung besarnya ruangan.

Terbiasa ada di dalam satu ruang istirahat dalam waktu lama, membuat para santri ini sangat akrab. Sehingga tak heran jika kadang mereka kerap memakai barang-barang milik pribadi secara bergantian, seperti peralatan mandi hingga pakaian.


source: SATU Indonesia Awards


Dampak Sikap tentang Jaga Kebersihan bagi Santri di Pondok Pesantren

Menurut data dari Departemen Kesehatan (Depkes) 2020, masalah penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku gaya hidup mudah mendatangkan penyakit seperti TBC, infeksi saluran pernapasan atas, diare, hingga penyakit kulit. Nah, jenis penyalit ini masih banyak ditemukan di lingkungan Pondok Pesantren.

Salah satu jenis penyakit yang kerap diderita peserta didik di Pondok Pesantren adalah penyakit kulit, seperti scabies (kudis), kurap, hingga gatal jamur.

Ibaratnya, jika belum kena penyakit gatal-gatal, maka belum termasuk anak Pondok Pesantren namanya.

Scabies adalah jenis penyakit kulit yang menular, baik secara kontak langsung maupun tidak langsung, penularan bisa terjadi misalnya melalui handuk dan pakaian. Selain itu, kondisi lingkungan yang tidak bersih juga merupakan faktor mudahnya penyakit kulit ini tersebar.

Sikap dan perilaku hidup para santri di lingkungan Pondok Pesantren seperti, tidur bersama, banyaknya pakaian kotor yang menumpuk atau digantung di dalam kamar, atau kondisi ruangan yang lembab dan tidak sering dibersihkan, adalah faktor yang sangat mudah mendatangkan penyakit kulit.

Itulah mengapa, Pondok Pesantren atau pun asrama termasuk tempat yang berisiko terjadi skabies, lantaran merupakan salah satu tempat yang dihuni banyak orang (padat).

Penyakit Kulit Adalah Khas Pondok Pesantren?

Salah seorang teman yang dulu sejak SD hingga SMP mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren penah mengatakan bahwa adalah hal yang wajarr jika seseorang yang pernah jadi  santri terkena penyakit kulit.


anak-anak Ponpes
Source: Instagram @afifmohd13


Sebagai informasi, hingga saat ini temanku tersebut masih menderita penyakit kulit. Dari penjelasannya, ia terkena Psoriasis sejak duduk di bangku SMP di salah satu Pondok Pesantren di Pulau Jawa.

Sungguh sangat disayangkan jika sebuah Pondok Pesantren diidentikkan dengan penyakit kulit, hingga dianggap sesuatu yang wajar. Terlebih Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi kebersihan.

Mohammad Afifi Romadhoni Mantan Santri Penggagas Cara Sehat Hidup di Pesantren dengan GPS

Mohammad Afifi Romadhoni adalah mantan anak pesantren di sebuah Pondok Pesantren di daerah Jambi. Ia menjadi siswa di Pondok Pesanten sejak SD-SMP.

Mohammad Afifi Romadhoni mengatakan, kebanyakan Ponpes di Jambi masih merupakan Pondok Pesantren bergaya "tradisional". Bahkan, masih banyak yang sistem biayanya dengan cara barter barang seperti beras atau barang-barang yang bermanfaat lainnya.

Menurutnya, di ponpes-ponpes ini masih sering ditemukan para santi yang mengalami penyakit kulit.

Sekadar informasi, Mohammad Afifi Romadhoni kini telah menjadi seorang dokter lulusan Kedokteran Universitas Jambi.

Pernah menjadi santri dari SD hingga SMP membuat Mohammad Afifi sangat paham akan kondisi hidup dan kebersihan pesantren, yang menurutnya perlu ditanamkan sikap gaya hidup sehat.

Pada Mei 2017 ia mendirikan sebuah organisasi nirlaba yang peduli masalah kesehatan, terutama di lingkungan pesantren. Organisasi ini diberi nama komunitas Gerakan Pesantren Sehat (GPS).

GPS adalah wadah untuk mengampanyekan cara hidup sehat di pesantren. Sejak didirikan, GPS rutin mengadakan kegiatan penyuluhan kesehatan kepada santri-santri di Jambi, seperti cara cuci tangan yang benar, menjaga kebersihan diri, hingga kebersihan asrama tempat mereka tinggal.

Tak hanya itu, GPS juga mendampingi santri dalam hal kesehatan mental, karena santri termasuk orang yang bukan saja rentan terhadap masalah kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental.

Hal ini tal lain disebabkan santri harus hidup mandiri dan jauh dari orangtua serta kemudahan jika tinggal bersama keluarganya.

GPS memiliki 11 program, di mana program utamanya adalah Sharing Class, yakni pemberian materi oleh GPS tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kesehatan reproduksi, serta kesehatan mental.

Selain itu, ada program Doktren (Dokter Pesantren), yang tujuannya untuk melatih santri menjadi agen kesehatan, dan Cerita Santri (CS), yakni program untuk meningkatkan kesadaran soal kesehatan mental, bully, dan pelecehan.

Selanjutnya, di GPS juga ada program Patok (Pesantren Tanpa Rokok), Book4Santri (Buku untuk Santri), yakni program pengumpulan donasi dan sumbangan buku bekas yang masih layak baca, dan Kasih Sayang dengan maksud agar para santri rajin cuci mukena, sarung, dan sajadah.

Tak sampai di situ, GPS juga punya program keren lainnya, yakni pada setiap Ramadhan akan ada kegiatan Setara (Santri Sehat Ramadhan Berkah) lewat pengumpulan donasi.


salah satu kegiatan GPS 
Source: Instagram @gps.foundation


Yang menakjubkannya lagi, rupanya GPS juga punya program hingga ke panti wreda dengan, yakni program A Day with Lansia, sebuah aksi sosial dan gerakan peduli lansia di lingkungan Wisma Tresna Werdha.

Hal ini atas pertimbangan bahwa tempat-tempat yang padat penghuni seperti panti wreda juga punya masalah kebesihan dan kesehatan seperti pesantren.

SATU Indonesia Awards

Atas kontribusi dan kepeduliannya terhadap masalah kebersihan dan kesehatan santri melalui Gerakan Pesantren Sehat (GPS), Mohammad Afifi berhasil mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Awards pada 2019 lalu untuk kategori Kesehatan.


Mohammad Afifi Romadhoni dapat apresiasi SATU Indonesia Awards


SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards adalah apresiasi atau penghargaan bergengsi yang diberikan ASTRA Indonesia bagi generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang punya kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat di sekitarnya.

Adapun kategori yang mendapatkan penghargaan dari ASTRA ini di antaranya adalah idang Kesehatan, Lingkungan, Pendidikan, Kewirausahaan, dan Teknologi.

Semoga apa yang telah dilakukan Mohammad Afifi dengan meluncurkan GPS ini bisa ditiru dan diterapkan di Ponpes lainnya di seluruh Indonesia, yang terutama masih punya masalah soal menjaga kebersihan,

Bagi teman-teman yang ingin tahu apa saja kegiatan GPS, bisa cek update kegiatan Gerakan Pesantren Sehat di akun Instagram @gps.foundation.

Mata Kering Itu Bukan Sekadar Gangguan! INSTO Dry Eyes Segarkan Mata Dalam Sekejap

  Mata Kering? Ini bukan hal SePeLe! Terkadang kita sering mengabaikan datangnya sinyal kecil dari tubuh, termasuk saat mata yang terasa...