Wednesday, 20 September 2023

Berantas Buta Huruf ala Eko Cahyono, Pemuda Asal Malang yang Peduli Literasi bagi Anak-anak Kurang Beruntung



 

Slogan “Buku adalah jendela dunia” rasanya masih kurang menggerakkan sebagian orang untuk gemar membaca dan berinteraksi berlama-lama dengan buku atau datang ke perpustakaan.

Tak heran jika negara kita Indonesia, berada di posisi rendah untuk literasi di tingkat dunia. Padahal jelas, di sini telah banyak tersedia fasilitas membaca seperti perpustakaan atau taman baca yang didirikan komunitas-komunitas.

Lantas, apa yang membuat minat baca itu dianggap begitu enah oleh dunia? Faktanya warganet Indonesia tercatat sebagai pengguna media sosial paling aktif, paling suka berinteraksi di kolom komentar, paling suka mengunggah status. Artinya, bukan tidak suka baca, bukan? Lalu apa?

Hal ini tak lain karena sikap kita yang lebih suka menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mewah demi memenuhi gaya hidup dengan harga hingga jutaan. Tetapi sangat sayang ketika harus menyisihkan uang untuk beli buku seharga Rp100.000. 

Tak hanya itu, banyak dari kita juga yang enggan pergi ke perpustakaan, padahal jelas di sana ada begitu banyak ilmu yang bisa diserap yang pastinya akan sangat berguna bagi hidup dan masa depan. 

Hal inilah yang membuat seorang Eko Cahyono, pemuda asal Malang merasa prihatin. Karena di tengah kemajuan zaman dan banyaknya akses untuk memperoleh buku bacaan, tetapi banyak yang enggan menyentuh sebuah buku. 

Ia sangat prihatin karena di luar  sana justru ada banyak anak bangsa yang masih sangat haus akan ilmu pengetahuan. Masih sangat banyak yang butuh sebuah buku untuk dibaca, namun tak punya kemampuan untuk membeli. Jangankan membeli, akses ke perpustakaan saja begitu sulit.

Eko pun tergerak mendirikan taman baca dan perpustakaan bagi anak-anak yang kurang beruntung, agar mereka dapat menikmati buku bacaan dan meningkatkan pemahaman literasinya. 

Bagi Eko, hidup yang bermanfaat adalah ketika kita bisa memberikan harapan dan manfaat bagi orang banyak.

Eko percaya bahwa membaca adalah salah satu cara membuka dunia. Ia sangat yakin bahwa ilmu dan kecerdasan seseorang tak melulu hanya didapatkan dari bangku sekolah atau pendidikan tinggi, tetapi juga bisa dengan cara lainnya, yakni mendekatkan diri pada buku-buku (gemar membaca).

Berantas Buta Huruf ala Eko Cahyono

Eko Cahyono bukanlah seorang yang berpendidikan tinggi, namun ia punya sebuah harapan bahwa kelak bangsa ini tak lagi dipandang rendah oleh bangsa lain hanya karena tercatat sebagai negara dengan tingkat literasi yang minim. 

Untuk itulah ia mendirikan perpustakaan dan taman baca, agar anak-anak kurang beruntung atau pun masyarakat yang ingin membaca buku bisa memanfaatkannya.

 


Tujuan utamanya tentu untuk memberabntas buta huruf masyarakat di sekitarnya, terutama mereka yang putus sekolah atau kurang beruntung secara ekonomi. 

Dengan menggiatkan mereka membaca, maka akan memberikan modal cukup bersaing di tengah pekembangan zaman. Sehingga, kelak mereka pun tak akan mudah dibodohi oleh orang-orang, karena telah punya daya nalar lebih baik dan sudah melek huruf.

Kini Eko Cahyono telah punya dan mengelola 26 perpustakaan yang bisa diakses kapanpun. Karena perpusatakaan ini buka 24 jam. Perpustakaan ini juga telah tersebar di 35 Desa dari 7 Kecamatan di Kabupaten Malang.

Menariknya, di perpustakaan ini ternyata bukan hanya sekadar membaca buku, tetapi juga ada banyak kegiatan menarik lainnya yang sangat bermanfaat bagi pengunjung, seperti belajar komputer, nonton film, menjahit, dan bimbingan belajar.

Penghargaan SATU Indonesia Award 2012

Kepedulian Eko akan minat baca dan literasi bangsa ini telah mengantakannya pada kebaikan-kebaikan, hingga ia pun dianggap layak menjadi salah satu penerima penghargaan dari ASTA Indonesia, yakni penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award pada 2012.

SATU Indonesia Awards adalah sebuah penghargaan yang diberikan kepada generasi muda yang punya peran, kontribusi, dan menjadi sosok inspirasi bagi sekitarnya, mulai dari bidang Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, Kewirausahaan, hingga Teknologi.

Seorang Eko Cahyono yang tidak berpendidikan tinggi saja bisa jadi sosok inspirasi dan menjadi  agen perubahan bagi hidup banyak orang. Mai kita terus bergerak memperjuangkan kemajuan-kemajuan bagi bangsa dan negara ini agar tak lagi dipandang remeh oleh negara lain. Lakukanlah yang terbaik yang bisa kita lakukan untuk Indonesia, karena sejatinya setiap kita punya peran dan kemampuan untuk menjadi agen perubahan.

Majulah Indonesiaku, jayalah selalu generasinya. Semangat!!!!

No comments:

Post a Comment

Mata Kering Itu Bukan Sekadar Gangguan! INSTO Dry Eyes Segarkan Mata Dalam Sekejap

  Mata Kering? Ini bukan hal SePeLe! Terkadang kita sering mengabaikan datangnya sinyal kecil dari tubuh, termasuk saat mata yang terasa...