Slogan
“Buku adalah jendela dunia” rasanya masih kurang menggerakkan sebagian orang
untuk gemar membaca dan berinteraksi berlama-lama dengan buku atau datang ke
perpustakaan.
Tak
heran jika negara kita Indonesia, berada di posisi rendah untuk literasi di
tingkat dunia. Padahal jelas, di sini telah banyak tersedia fasilitas membaca
seperti perpustakaan atau taman baca yang didirikan komunitas-komunitas.
Lantas,
apa yang membuat minat baca itu dianggap begitu enah oleh dunia? Faktanya
warganet Indonesia tercatat sebagai pengguna media sosial paling aktif, paling
suka berinteraksi di kolom komentar, paling suka mengunggah status. Artinya,
bukan tidak suka baca, bukan? Lalu apa?
Hal
ini tak lain karena sikap kita yang lebih suka menghabiskan uang untuk membeli
barang-barang mewah demi memenuhi gaya hidup dengan harga hingga jutaan. Tetapi
sangat sayang ketika harus menyisihkan uang untuk beli buku seharga
Rp100.000.
Tak
hanya itu, banyak dari kita juga yang enggan pergi ke perpustakaan, padahal
jelas di sana ada begitu banyak ilmu yang bisa diserap yang pastinya akan
sangat berguna bagi hidup dan masa depan.
Hal
inilah yang membuat seorang Eko Cahyono, pemuda asal Malang merasa prihatin.
Karena di tengah kemajuan zaman dan banyaknya akses untuk memperoleh buku
bacaan, tetapi banyak yang enggan menyentuh sebuah buku.
Ia
sangat prihatin karena di luar sana justru ada banyak anak bangsa yang
masih sangat haus akan ilmu pengetahuan. Masih sangat banyak yang butuh sebuah
buku untuk dibaca, namun tak punya kemampuan untuk membeli. Jangankan membeli,
akses ke perpustakaan saja begitu sulit.
Eko
pun tergerak mendirikan taman baca dan perpustakaan bagi anak-anak yang kurang
beruntung, agar mereka dapat menikmati buku bacaan dan meningkatkan pemahaman
literasinya.
Bagi
Eko, hidup yang bermanfaat adalah ketika kita bisa memberikan harapan dan
manfaat bagi orang banyak.
Eko
percaya bahwa membaca adalah salah satu cara membuka dunia. Ia sangat yakin
bahwa ilmu dan kecerdasan seseorang tak melulu hanya didapatkan dari bangku
sekolah atau pendidikan tinggi, tetapi juga bisa dengan cara lainnya, yakni
mendekatkan diri pada buku-buku (gemar membaca).
Berantas Buta Huruf ala Eko Cahyono
Eko
Cahyono bukanlah seorang yang berpendidikan tinggi, namun ia punya sebuah
harapan bahwa kelak bangsa ini tak lagi dipandang rendah oleh bangsa lain hanya
karena tercatat sebagai negara dengan tingkat literasi yang minim.
Untuk
itulah ia mendirikan perpustakaan dan taman baca, agar anak-anak kurang
beruntung atau pun masyarakat yang ingin membaca buku bisa memanfaatkannya.
Tujuan
utamanya tentu untuk memberabntas buta huruf masyarakat di sekitarnya, terutama
mereka yang putus sekolah atau kurang beruntung secara ekonomi.
Dengan
menggiatkan mereka membaca, maka akan memberikan modal cukup bersaing di tengah
pekembangan zaman. Sehingga, kelak mereka pun tak akan mudah dibodohi oleh
orang-orang, karena telah punya daya nalar lebih baik dan sudah melek huruf.
Kini
Eko Cahyono telah punya dan mengelola 26 perpustakaan yang bisa diakses
kapanpun. Karena perpusatakaan ini buka 24 jam. Perpustakaan ini juga telah
tersebar di 35 Desa dari 7 Kecamatan di Kabupaten Malang.
Menariknya, di
perpustakaan ini ternyata bukan hanya sekadar membaca buku, tetapi juga ada
banyak kegiatan menarik lainnya yang sangat bermanfaat bagi pengunjung, seperti
belajar komputer, nonton film, menjahit, dan bimbingan belajar.
Penghargaan SATU Indonesia Award 2012
Kepedulian
Eko akan minat baca dan literasi bangsa ini telah mengantakannya pada
kebaikan-kebaikan, hingga ia pun dianggap layak menjadi salah satu penerima
penghargaan dari ASTA Indonesia, yakni penghargaan Semangat Astra Terpadu
Untuk (SATU) Indonesia Award pada 2012.
SATU
Indonesia Awards adalah sebuah penghargaan yang diberikan kepada generasi muda
yang punya peran, kontribusi, dan menjadi sosok inspirasi bagi sekitarnya,
mulai dari bidang Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, Kewirausahaan, hingga
Teknologi.
Seorang
Eko Cahyono yang tidak berpendidikan tinggi saja bisa jadi sosok inspirasi dan
menjadi agen perubahan bagi hidup banyak orang. Mai kita terus bergerak
memperjuangkan kemajuan-kemajuan bagi bangsa dan negara ini agar tak lagi
dipandang remeh oleh negara lain. Lakukanlah yang terbaik yang bisa kita
lakukan untuk Indonesia, karena sejatinya setiap kita punya peran dan kemampuan
untuk menjadi agen perubahan.
Majulah Indonesiaku, jayalah selalu generasinya. Semangat!!!!
No comments:
Post a Comment