Saturday, 30 September 2023

Amilia Agustin Ubah Sampah Jadi Barang Bernilai Jual hingga Dapat Penghargaan Bergengsi



Tumpukan sampah adalah suatu pemandangan yang tidak nyaman dilihat. Mirisnya, justru masih banyak yang suka membuang sampah sembarangan, membuangnya ke saluran air, ke sungai, hingga menumpuknya di pinggir-pinggi jalan.

Tak heran jika di kota-kota besar sekalipun masih banyak terlihat tumpukan sampah di beberapa tempat, yang bukan merupakan tempat pembuangan sampah.

Inilah yang membuat kita semua prihatin. Kita ingin hidup dengan lingkungan bersih dan sehat, tetapi ada saja orang yang abai dengan sampah mereka. Kita ingin bisa menghirup udara segar, tetapi ada saja tumpukan sampah, bahkan di tempat-tempat yang tak semestinya.

Fenomena sampah dan prilaku sebagian kita yang kurang peduli dengan sampah ini ternyata bisa juga berdampak serius pada lingkungan, alam, hingga kehidupan makhluk hidup yang ada di alam ini, tak terkecuali manusia.

Memang, apa saja dampak sampah bagi kehidupan?

Sampah yang tidak dikelola dengan baik, dibuang sembarangan, misalnya ke aliran air atau Sungai, maka akan mengakibatkan lingkungan tercemar.

Berbagai penyakit saluran pernapasan pun akan dialami orang-orang yang berkontak langsung dengan lingkungan yang tercemar tersebut. Tak hanya itu, makhluk hidup yang ada di sungai atau laut akan tersakiti dengan limbah sampah yang kita buang. Mereka bisa saja keracunan hingga mati.

Selain itu, sampah ini juga bisa mengakibatkan banjir besar, di mana kerugiannya akan berdampak langsung pada kita semua.

Yang lebih mengerikan adalah meningkatnya ancaman akan krisis iklim.

Sampah Kita Bisa Sebabkan Krisis Iklim

Krisis iklim bisa membuat cairnya es dan naiknya permukaan laut. Artinya? Daratan yang sedang kita pijak ini bisa tenggelam. Jika daratan ini tenggelam, akan hidup di mana kita selanjutnya?


Credit to: Canva


Selain membuat daratan tenggelam, krisis iklim dapat memicu konflik sosial berkepanjangan. Bagaimana bisa? Hal ini terjadi karena langkanya bahan pangan, yang membuat harga melambung tinggi. Sehingga, akan banyak tindak kriminalitas demi memenuhi kebutuhan sesuap nasi.

Terakhir, krisis iklim menyebabkan gelombang panas bumi makin meningkat. Inilah yang selanjutnya akan membuat kita sangat rentan Tekena berbagai macam penyakit.

Amilia Agustin Ubah Sampah Jadi Barang Bernilai Jual

Amilia Agustin adalah salah satu generasi muda Indonesia, yang ternyata juga sangat terganggu dengan permasalahan sampah ini.

Saat duduk di bangku SMA, Amilia yang tinggal di Bandung ini begitu prihatin melihat banyaknya sampah bertebaran di lingkungannya, termasuk di area sekolahnya.




Amilia pun berinisiatif untuk membentuk sebuah komunitas yang mengelola sampah berbasis sekolah, yakni melalui program Go to Zero Waste School.

Sejak melakukan aksi peduli sampah ini, Amilia pun diberi gelar Ratu Sampah Sekolah.

Amilia dan teman-teman komunitasnya mulai mengumpulkan sampah dan mengelolanya, sehingga tidak ada lagi sampah yang berserakan di mana-mana atau ditumpuk di tempat-tempat yang tidak semestinya.

Untuk mendukung kegiatan Zero Waste yang dibentuknya, Amilia pun mengajukan proposal ke program Karya Ilmiah Remaja bertajuk Go to Zero Waste School kepada program Young Changemakers dari Ashoka Indonesia.

Sekadar informasi,program ini diinisiasi pada 2005, yang bertujuan membuka peluang bagi para milenial usia 12-25 tahun untuk mempraktikkan prinsip-prinsip sosial entrepreneurship.

Proposal proyek Go to Zero Waste School itu pun akhirnya disetujui. Proyek pengelolaan sampah yang digawangi Amilia ini terbagi dalam empat bidang, yakni anorganic, organic, tetra pak, dan kertas.

SATU Indonesia AWARDS

Amilian mempunyai peran penting dalam masalah sampah di lingkungannya dan telah menjadi inspirasi di bidang lingkungan. Oleh karena itu, ia pun terpilih menjadi salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards dari ASTRA Indonesia.

Saat menerima penghagaan ini, Amilia adalah peserta termuda dengan status sebagai siswi SMA.

Amilia terpilih melalui program Sekolah Bebas Sampah, di mana ia mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai dan bisa dimanfaatkan lagi, hingga bernilai jual.

Tindakan Amilia ini memang sangat inspiratif. Inilah sebuah tindakan nyata menyelamatkan banyak kehidupan dengan melakukan aksi peduli lingkungan.

Jika kita tak ingin bumi ini makin rusak dan menimbulkan banyak bencana bagi masa depan, mari kita mulai meminimalisir penggunaan bahan plastik agar sampah tidak menumpuk. Karena sampah plastic adalah jenis sampah yang butuh waktu hingga ratusan tahun untuk terurai.

Yuk, kita terapkan juga Zero Waste Life, pilah sampah kita sendiri, dan buanglah sampah pada tempat yang telah disediakan.

Ingat, sikap dan prilaku kita saat ini akan berdampak pada kehidupa di masa depan.

https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com

Monday, 25 September 2023

Surya Dharma, Wujudkan Tuntas Belajar 12 Tahun Masyarakat Kota Palu



Di Indonesia, program wajib belajar adalah 12 tahun. Artinya, setiap orang wajib menuntaskan program pendidikannya minimal hingga lulus jenjang SMA/SMK.

Mengapa pemerintah menerapkan kebijakan tuntas wajib belajar hingga 12 tahun?

Tujuan utama dari kebijakan tuntas wajib belajar 12 tahun tak lain adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional dan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Sebagaimana yang kita semua tahu bahwa, Indonesia menghadapi banyak tantangan yang makin kompleks, salah satunya di bidang pendidikan.

Jika bangsa Indonesia tidak dibekali dengan ilmu yang mumpuni, maka bukan tidak mungkin bangsa ini akan mengalami kembali penjajahn dan pembodohan oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari bumi pertiwi ini.

Bangsa asing takkan lagi menjajah kita dengan senjata, tetapi dengan pemikiran hingga budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang selama ini dipegang oleh bangsa Indonesia.

Hasilnya? Secara pelan tapi pasti, bangsa ini akan kehilangan identitas, yang pada akhirnya berimbas pada hancurnya generasi bangsa Indonesia.

Padahal, Indonesia punya cita-cita untuk mewujudkan Generasi Emas Indonesia 2045, yang salah satu jalan untuk mewujudkannya adalah melalui tuntas wajib belajar 12 tahun.

Sayangnya, Indonesia kini masih dihadapkan pada masalah anak-anak putus sekolah, terutama mereka yang hidup di pedesaan.

Bukan karena mereka enggan menuntut ilmu, tetapi kondisi ekonomi keluarga yang tidak bisa memberi  dukungan bagi proses pendidikannya.

Meskipun ada program bantuan keringanan biaya sekolah bagi masyarakat kurang mampu, nyatanya hal ini masih belum cukup menjadi solusi menekan angka putus sekolah di bumi pertiwi.

Surya Dharma dan Niat Jadikan Pendidikan Sebuah Prioritas

Berbicara tentang pendidikan, tenyata bagi sebagian orang hal ini adalah bukan prioritas dalam hidup. Bagi mereka yang punya pemahaman ini menganggap pendidikan tidak lebih penting dibandingkan kebutuhan sandang dan pangan.

Alhasil, banyak pelajar yang menempuh pendidikan hanya sampai di jenjang SD atau SMP saja. Sedangkan untuk lanjut ke SMA/SMK dinilai bukan hal yang dibutuhkan.

Hal ini pulalah yang menjadi salah satu sebab banyaknya angka putus sekolah di Indonesia, yang didominasi oleh masyarakat menengah ke bawah.

Salah satu fenomena, di mana lanjut SMA bukanlah sebuah prioritas terjadi di Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang tak lain adalah tempat tinggal seorang guru inspiratif bernama Surya Dharma.


Surya Dharma, sumber foto: pdf Anugerah Pewarta ASTRA


Bersama istrinya, Surya Dharma tergerak untuk memfasilitasi masyarakat sekitarnya agar bisa mengenyam pendidikan hingga tuntas 12 tahun wajib belajar, sebagaimana program yang digalakkan pemerintah demi menuju Indonesia emas 2045.

Tuntas Belajar 12 Tahun

Melihat fakta di sekitarnya, bahwa pendidikan bukanlah prioritas kebanyakan orang, Surya Dharma dan istrinya yang memang berprofesi sebagai guru membuat kelas belajar informal yang diberi nama Tuntas Belajar 12 Tahun.

Tuntas Belajar 12 Tahun terbuka bagi siapa saja yang ingin menyelesaikan wajib belajar 12 tahun dan mengambil Paket C.

Ternyata, Tuntas Belajar Ini disambut antusias oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Banyak yang tertarik belajar lagi agar bisa menuntaskan wajib belajar 12 tahun.

Di Tuntas Belajar 12 Tahun ini murid-murid berkumpul untuk belajar berbagai bidang ilmu pengetahuan, di antaranya ada Bahasa Inggris, Fotografi, Komputer, hingga keahlian lainnya yang bisa diberikan oleh Surrya Dharma dan sang istri.

Kelas belajar yang dirintis Surya Dharma ini mengadakan kegiatan belajar sekali sepekan. Awalnya jumlah murid yang ikut belajar di sini hanyalah 10 orang. Namun, seiring waktu, jumlahnya kian bertambah hingga menjadi ratusan.

Bahkan setelah berjalan selama lima tahun, program belajar ini telah banyak memberikan dampak positif bagi masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan telah banyaknya peserta didik di Tuntas Belajar 12 Tahun yang sudah bekerja hingga memiliki kehidupan yang lebih baik.

Dalam waktu lima tahun, Tuntas Belajar 12 Tahun telah berhasil meluluskan 300 orang peserta didik dan mereka pun telah memperoleh kehidupan yang lebih baik berkat bekal ilmu yang dimilikinya.

Dari sini, kita tahu bahwa pendidikan adalah aset penting bagi kehidupan, yang akan memberikan kita banyak peluang untuk menggapai masa depan yang lebih cerah.




Diganjar SATU Indonesia Awards

Atas perjuangannya yang dengan penuh semangat berusaha mencerdaskan banyak orang di sekitarnya melalui program Tuntas Belajar 12 Tahun, Surya Dharma pun mendapatkan sebuah penghargaan bergengsi dari ASTRA Indonesia, yakni Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards pada 2018 lalu.

Dalam penghargaan itu, Surya Dharma mendapatkan apresiasi dari ASTRA di bidang pendidikan.

SATU Indonesia Awads adalah wujud apresiasi ASTRA Indonesia untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepedualian dan melakukan perubahan di berbagai bidang, mulai kesehatan, ekonomi, sosial, hingga pendidikan.

Indonesia adalah negara besar dengan banyak tantangan dan permasalah, yang tak mungkin bisa ditangani pemerintah sendirian. Oleh karena itulah kita pun wajib berperan dalam memajukan bangsa dan negara ini melalui upaya-upaya yang bisa kita lakukan, sebagaimana yang telah dilakukan Surya Dharma dan istrinya.

Indonesia baru akan maju, jika kita semua punya sikap peduli pada sekitar. Mari teman-teman kita bantu negeri ini meraih kecemerlangannya menuju Indonesia emas 2045.

Wednesday, 20 September 2023

Berantas Buta Huruf ala Eko Cahyono, Pemuda Asal Malang yang Peduli Literasi bagi Anak-anak Kurang Beruntung



 

Slogan “Buku adalah jendela dunia” rasanya masih kurang menggerakkan sebagian orang untuk gemar membaca dan berinteraksi berlama-lama dengan buku atau datang ke perpustakaan.

Tak heran jika negara kita Indonesia, berada di posisi rendah untuk literasi di tingkat dunia. Padahal jelas, di sini telah banyak tersedia fasilitas membaca seperti perpustakaan atau taman baca yang didirikan komunitas-komunitas.

Lantas, apa yang membuat minat baca itu dianggap begitu enah oleh dunia? Faktanya warganet Indonesia tercatat sebagai pengguna media sosial paling aktif, paling suka berinteraksi di kolom komentar, paling suka mengunggah status. Artinya, bukan tidak suka baca, bukan? Lalu apa?

Hal ini tak lain karena sikap kita yang lebih suka menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mewah demi memenuhi gaya hidup dengan harga hingga jutaan. Tetapi sangat sayang ketika harus menyisihkan uang untuk beli buku seharga Rp100.000. 

Tak hanya itu, banyak dari kita juga yang enggan pergi ke perpustakaan, padahal jelas di sana ada begitu banyak ilmu yang bisa diserap yang pastinya akan sangat berguna bagi hidup dan masa depan. 

Hal inilah yang membuat seorang Eko Cahyono, pemuda asal Malang merasa prihatin. Karena di tengah kemajuan zaman dan banyaknya akses untuk memperoleh buku bacaan, tetapi banyak yang enggan menyentuh sebuah buku. 

Ia sangat prihatin karena di luar  sana justru ada banyak anak bangsa yang masih sangat haus akan ilmu pengetahuan. Masih sangat banyak yang butuh sebuah buku untuk dibaca, namun tak punya kemampuan untuk membeli. Jangankan membeli, akses ke perpustakaan saja begitu sulit.

Eko pun tergerak mendirikan taman baca dan perpustakaan bagi anak-anak yang kurang beruntung, agar mereka dapat menikmati buku bacaan dan meningkatkan pemahaman literasinya. 

Bagi Eko, hidup yang bermanfaat adalah ketika kita bisa memberikan harapan dan manfaat bagi orang banyak.

Eko percaya bahwa membaca adalah salah satu cara membuka dunia. Ia sangat yakin bahwa ilmu dan kecerdasan seseorang tak melulu hanya didapatkan dari bangku sekolah atau pendidikan tinggi, tetapi juga bisa dengan cara lainnya, yakni mendekatkan diri pada buku-buku (gemar membaca).

Berantas Buta Huruf ala Eko Cahyono

Eko Cahyono bukanlah seorang yang berpendidikan tinggi, namun ia punya sebuah harapan bahwa kelak bangsa ini tak lagi dipandang rendah oleh bangsa lain hanya karena tercatat sebagai negara dengan tingkat literasi yang minim. 

Untuk itulah ia mendirikan perpustakaan dan taman baca, agar anak-anak kurang beruntung atau pun masyarakat yang ingin membaca buku bisa memanfaatkannya.

 


Tujuan utamanya tentu untuk memberabntas buta huruf masyarakat di sekitarnya, terutama mereka yang putus sekolah atau kurang beruntung secara ekonomi. 

Dengan menggiatkan mereka membaca, maka akan memberikan modal cukup bersaing di tengah pekembangan zaman. Sehingga, kelak mereka pun tak akan mudah dibodohi oleh orang-orang, karena telah punya daya nalar lebih baik dan sudah melek huruf.

Kini Eko Cahyono telah punya dan mengelola 26 perpustakaan yang bisa diakses kapanpun. Karena perpusatakaan ini buka 24 jam. Perpustakaan ini juga telah tersebar di 35 Desa dari 7 Kecamatan di Kabupaten Malang.

Menariknya, di perpustakaan ini ternyata bukan hanya sekadar membaca buku, tetapi juga ada banyak kegiatan menarik lainnya yang sangat bermanfaat bagi pengunjung, seperti belajar komputer, nonton film, menjahit, dan bimbingan belajar.

Penghargaan SATU Indonesia Award 2012

Kepedulian Eko akan minat baca dan literasi bangsa ini telah mengantakannya pada kebaikan-kebaikan, hingga ia pun dianggap layak menjadi salah satu penerima penghargaan dari ASTA Indonesia, yakni penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award pada 2012.

SATU Indonesia Awards adalah sebuah penghargaan yang diberikan kepada generasi muda yang punya peran, kontribusi, dan menjadi sosok inspirasi bagi sekitarnya, mulai dari bidang Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, Kewirausahaan, hingga Teknologi.

Seorang Eko Cahyono yang tidak berpendidikan tinggi saja bisa jadi sosok inspirasi dan menjadi  agen perubahan bagi hidup banyak orang. Mai kita terus bergerak memperjuangkan kemajuan-kemajuan bagi bangsa dan negara ini agar tak lagi dipandang remeh oleh negara lain. Lakukanlah yang terbaik yang bisa kita lakukan untuk Indonesia, karena sejatinya setiap kita punya peran dan kemampuan untuk menjadi agen perubahan.

Majulah Indonesiaku, jayalah selalu generasinya. Semangat!!!!

Thursday, 14 September 2023

Resika Caesaria, Ratu Cimol Banyumas yang Sukses Bangkitkan Ekonomi Keluarga hingga Tolong Banyak Orang Lewat Cimol

 


“Di mana ada kemauan, maka di situ ada tujuan.”

Setidaknya sebait kalimat itulah yang menggambarkan apa yang dilakukan Resika Caesaria (Cika), si Ratu Cimol Banyumas, yang sukses bangkitkan ekonomi keluarga hingga bisa menolong banyak orang lewat cimol.

Bagaimana bisa seorang Resika Caesaria membangkitkan ekonomi keluarga hingga membantu banyak orang dengan cimol? Simak kisah lengkap Resika Caesaria atau akrab disapa Cika, si Ratu Cimol Banyumas berikut ini.

Cemilan bernama cimol ini pastinya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Ya, makanan khas Sunda ini memang telah banyak dijajakan pedagang di berbagai daerah Indonesia.

Cimol adalah makanan ingan atau cemilan yang dibuat dari tepung kanji.  Sebagaimana jenis makanan khas Sunda lainnya yang kerap diberi nama berupa singkatan, cimol pun demikian. Kata cimol berasal dari kata aci di gemol.

Awal Mula Resika Caesaria Berjualan Cimol

Ketika akan masuk SMA, Cika dihadapkan pada kondisi, di mana orangtuanya kesulitan keuangan karena sang ayah terpaksa berhenti dari pekerjaannya sebagai supir angkutan umum lantaran penglihatan matanya yang menurun hingga kerap alami kecelakaan.

Hati Cika pun diliputi kegalauan tentang bagaimana ia bisa melanjutkan pendidikannya. Terlebih sang ibu memang sudah tidak ada. Meskipun ada kakaknya yang mungkin bisa sedikit membantu biaya sekolahnya, namun ia juga ingin bisa punya penghasilan sendiri agar bisa mencukupi kebutuhannya tanpa banyak bergantung dari keluarga.




Perempuan kelahiran Banyumas, 5 Mei 1991 pun berpikir keras bagaimana caranya bisa berpenghasilan, hingga ide berjualan makan ringan pun muncul di benaknya.

Cika pun mulai menjual makanan ringan seperti kue hingga batagor. Dengan modal awal Rp63.000, Cika pun membeli bahan baku membuat batagor untuk dititipkan di kantin sekolah. Selain itu, ia juga berjualan batagor saat ada acara pertandingan sepak bola.

Saat berjualan batagor di pertandingan sepakbola, Cika berkenalan dengan seorang pedagang cimol. Mereka saat itu saling bertukar resep jualannya masing-masing.

Resep dari pedagang cimol tersebut pun ia praktikkan di rumah. Cimol buatannya ia bawa ke sekolah untuk dijual, dan ternyata banyak yang suka.

Dari hasil berjualan cimol sejak duduk di kelas 1-3 SMA, Cika bisa membeli sepeda motor, membuat gerobak untuk berjualan cimol, dan punya biaya masuk kuliah keperawatan di STIKES Harapan Bangsa, Purwokerto.

Cika tetap melanjutkan jualan cimol meski saat itu statusnya sebagai mahasiswa. Bahkan ia lebih bersemangat karena kampus adalah tempat yang punya potensi besar untuk dagangannya. Benar saja, cimol jualan Ciko yang dijualnya di kawasan kampus itu sangat laris manis.

Di tengah kesibukannya bejualan cimol, Cika tetap fokus pada studinya. Terbukti ia mampu lulus cumlaude dari kampusnya pada 2013 silam.

Setelah lulus, Cika tetap melanjutkan usaha cimolnya yang saat itu telah  memiliki 12 karyawan yang membantunya memproduksi cimol.

Mendirikan CV Made Arizka

Untuk mengembangkan usaha cimolnya, Cika pun mendirikan waralaba dengan nama “Made Arizka”. Nama ini merupakan singkatan nama dalam keluarganya, yaitu Maksi, Dewi, Agus, Riza, dan Cika.

CV Made Arizka Sejahtera milik Cika ini berlokasi di Desa Lesmana RT 3 RW 6, Kecamatan Ajibarang.

Setelah membentuk CV tersebut, Cika mulai melakukan inovasi untuk jualan cimolnya agar lebih berkembang dan bisa meningkatkan omzet.


Resika Caesaria bersama para karyawan perusahaan cimolnya, CV Made Arizka


Maka, terciptalah cimol dengan varian rasa mulai rasa pedas, barbeque, keju, jagung manis, hingga pizza. Dari hasil inovasi ini, omzet penjualan cimol pun meningkat hinga Rp90 juta per bulan.

Untuk menjangkau target maket yang lebih luas, Cika pun memanfaatkan media sosial untuk promosi usaha.

Jika dilihat, usaha cimol ini memang cukup sukses. Namun bukan berarti apa yang dilakukan Cika selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Ada banyak tantangan yang telah dilaluinya. Namun, ia cepat bangkit dengan ide-ide baru untuk kemajuan usahanya tersebut.

Jika ingin punya usaha yang semakin berkembang, menurutnya dibutuhkan manajemen waktu dan keuangan yang baik. Selain itu, perlu juga meningkatkan skill melalui pelatihan yang terus menerus. Agar SDM yang diberdayakan mampu lebih maju, baik bagi dirinya maupun Perusahaan.

Yang tak kalah penting, adalah terus melakukan survei pasar agar usaha cimol bisa makin berkembang, inovatif, dan menjawab kebutuhan pasar.

Sebagai informasi, usaha cimol milik Cika ini berbentuk franchise makanan ringan, yang kini sudah memiliki lebih dari 600 mitra gabungan dari kalangan ekonomi lemah dan pengangguran.

Usaha franchise ini terbilang unik, karena ia hanya menerima mitra untuk berjualan cimol sendiri dan bukan yang punya modal besar, di mana biasanya akan merekrut karyawan lagi untuk menjualkannya.

Ini juga menjadi salah satu tujuannya dalam membantu perekonomian masyarakat sekitar sekaligus memberikan harapan baru bagi mereka yang butuh pekerjaan.

Upaya Cika Mengubah Ekonomi Masyarakat

Melalui usaha cimol yang dikembangkannya, Cika akhirnya bisa membantu mengubah ekonomi keluarga hingga ekonomi banyak orang di sekitarnya.

Bisnis yang dijalankan Cika ini mengusung konsep bisnis sosial, di mana setiap bulan dari keuntungan 100 persen dibagi dua, yakni 70 persen untuk pengembangan usaha dan 30 persen digunakan untuk sosial.

Cika sama sekali tidak tidak mengutamakan/mencari keuntungan dai usahanya. Karenanya, ia pun memudahkan siapa saja yang butuh bekerja sama dan ingin mengubah kehidupan ekonominya tanpa mengeluarkan modal (waralaba gratis). Karena ini pula ia tak pernah minta bagi hasil atas keuntungan penjualan para mitranya.

Bahkan ia juga memberikan modal antara tiga sampai empat juta bagi mitra-mitra tertentu. Tak hanya itu, bagi mitra juga akan mendapatkan gerobak dorong atau gerobak modifikasi berupa motor lengkap dengan peralatannya.


Mitra yang tidak mampu atau tidak punya modal akan diberi gerobak gratis hingga peralatannya


Namun, syaratnya menjadi mitra adalah mereka yang belum punya pekerjaan dan berasal dari golongan ekonomi lemah.

Cika sadar bahwa para mitra punya latar belakang beragam, sehingga tidak dapat diterapkan peraturan yang ketat.

Yang dibutuhkan adalah pendekatan persuasif dengan memberikan motivasi bisnis, agar mitra tetap bersemangat berjualan dan mendapatkan keuntungan bagi mereka sendiri.

Banyak mitra usaha Cika yang bersyukur setelah bergabung kaena akhirnya mereka bisa memperbaiki taraf hidupannya.

Ciptakan Program Pemberdayaan

Usaha cimol Cika makin berkembnag hingga ia pun harus fokus di bidang produksinya. Ia pun meminta saudaranya melanjutkan berjualan di sekitar kawasan kampus, karena punya pelanggan setia, jualannya sudah dikenal, serta lokasi berjualan yang sangat strategis untuk meraup omzet.

Namun saat itu saudaranya terkendala modal. Terniat  ingin bantu saudaranya keluar dai kemiskinan, Cika pun akhirnya memberanikan diri hutang ke bank untuk membelikan motor sebagai sarana berjualan bagi saudaranya itu

Selain itu, Cika juga melengkapinya dengan memberikan gerobak, alat penggorengan, dan produk cimol.

Kini, setelah 8 tahun jualan cimol, saudaranya telah berhasil mendapatkan pendapatan hingga Rp20 juta per bulan dengan laba bersih sekitar Rp5-6 juta. Ekonomo saudaranya pun sudah sangat membaik, terbukti saudara Cika itu bisa membeli kendaraan dan memperbaiki rumah.

Melihat adanya manfaat luar biasa dari apa yang dilakukannya untuk saudaranya tersebut, Cika pun mengaplikasikan skema pemberian bantuan untuk jangkauan yang lebih luas, yakni masyarakat.

Perlahan, Perusahaan Cika itu pun menjadi social enterprise (wirausaha sosial). Tak hanya itu, omzet perusahaan juga dibagi dua, yakni untuk program pemberdayaan dan pengembangan perusahaan.

Program pemberdayaan adalah berupa pemberian modal seperti gerobak bagi masyarakat yang ingin berjualan cimol produksinya. Hingga kini, sudah ada setidaknya 70 gerobak gratis hasil buatan ayah Cika yang dibagikan.

Cara untuk bisa mendapatkan bantuan ini adalah dengan mengajukan diri langsung. Nantinya tim Perusahaan Cika akan melakukan survey agar bantuan bisa tepat sasaran dan tidak disalahgunakan. Karena bukan tidak mungkin gerobak yang diberi akan dijual kembali ioleh penerima.

Adapun kriterianya adalah mereka yang berasal dari keluarga miskin atau pun para pengangguran.

Bagi mereka yang tidak punya modal, bisa membawa produk cimolnya dulu untuk dijual. Jika tidak laku/habis, bisa diretur (dikembalikan).

Dalam program pemberdayaan ini, Cika juga membantu mitra usahanya dalam mendata penjualan, mencari sebab saat penjualan turun, hingga memastikan para mitra tetap bisa berjualan dengan lancar.

Di dalam program pemberdayaan ini, Cika juga merangkul karyawan putus sekolah, yang sebagian besarnya dipekerjakan di bagian produksi.

Hal ini berangkat dari keprihatinannya yang melihat ada banyak remaja yang putus sekolah, hanya tamatan SD-SMP. Tanpa ijazah minimal SMA, akan sangat sulit bagi mereka mendapatkan pekejaan. Telebih di wilayah Ajibarang dan sekitarnya jarang ada Perusahaan yang mau mempekerjakan lulusan SD-SMP.

Tak hanya mempekerjakan karyawan putus sekolah, Cika pun mendorong mereka untuk kembali melanjutkan pendidikan lewat jalur kesetaraan. Kini, 50 persen karyawan itu telah mengikuti program pendidikan kejar paket.

Usaha Cimol Beri Keuntungan bagi Petani dan Peternak

Selain mitra binaan dalam program pemberdayaan, tenyata petani dan peternak juga mendapatkan keuntungan dengan adanya produksi cimol ini.

Perusahaan Cika membeli sejumlah bahan isian cimol seperti jagung dan cabai rawit langsung dari petani setempat. Sehingga hal ini membawa keuntungan tersendiri bagi petani karena mereka bisa menjual hasil panennya dengan harga tinggi dibandingkan jika dijual ke tengkulak.

Sementara bagi peternak ikan, mereka mendapatkan retur produk sebagai tambahan untuk pakannya.

Cika sangat terharu bahwa melalui usaha cimol yang dimulainya pada 2005 ini telah berdampak banyak dalam membantu ekonomin masyarakat.

CV Made Arizka Sejahtera telah sukses menebar manfaatnya melalui program pemberdayaan bagi warga sekitar, dan memotivasi mereka untuk maju serta keluar dari kemiskinan dengan usaha sendiri.  

Mendapat Apresiasi SATU Indonesia Awards dari ASTRA

Semangatnya berwirausaha dalam membangkitkan ekonomi keluarga hingga mampu membantu warga di sekitarnya bangkit dan keluar dari kemiskinan, telah membuat Cika layak menjadi salah satu penerima penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2014 dari PT Astra International Tbk.


Resika Caesari, Ratu Cimol Banyumas, penerima SATU Indonesia Awards dari ASTRA


Cika mendapat apresiasi dari ASTRA untuk kategori bidang kewirausahaan, di mana ia pun mendapatkan julukan Ratu Cimol Banyumas.

Julukan yang kini jadi branding usahanya itu diberikan oleh ASTRA lantaran saat itu Cika adalah satu-satunya perempuan yang lolos sebagai penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2014.

Atas apresiasi yang diterimanya serta kemajuan usaha yang kini didirikanya, Cika makin bersemangat untuk bisa terus maju dan memberikan banyak manfaat bagi lingkungan hingga Indonesia.

Ia ingin terus bisa memberikan bantuan dan motivasi bagi banyak orang untuk maju dan bangkit meraih kemandirian finansial, sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Cika masih punya mimpi-mimpi besar. Salah satunya, ia ingin perusahaannya bisa memiliki lebih dari 100 karyawan dan program pembagian gerobak sebagai modal usaha bagi mereka yang ingin berjualan tapi tidak punya modal bisa lebih lagi hingga mencapai 1.000 gerobak.

Selain itu, ia ingin punya tempat usaha yang lebih luas lagi untuk memproduksi jajanan, mengemas produk. Sehingga, omzet Perusahaan pun akan makin besar. Dengan begitu manfaat yang ditebar Perusahaan bagi sekitarnya juga bisa lebih banyak lagi.

Referensi atikel dan sumber foto:

ASTRA

Instagram Resika Caesaria

Mata Kering Itu Bukan Sekadar Gangguan! INSTO Dry Eyes Segarkan Mata Dalam Sekejap

  Mata Kering? Ini bukan hal SePeLe! Terkadang kita sering mengabaikan datangnya sinyal kecil dari tubuh, termasuk saat mata yang terasa...